Salam ustaz boleh jelaskan apa sebenarnya pelajaran usul fekh? Apakah bahagian bahagiannya?? Kenapa kita belajar usul fekh? Minta penjelasan ustaz . Terima kasih.
- Hakimdina Ummu
Jawapan :
Waalakaumussalam Hakimdina Ummu : Ushul Fiqh adalah dalil-dalil fiqh. Dalil-dalil yang dimaksud adalah dalil-dalil yang bersifat global atau kaidah umum, sedangkan dalil-dalil rinci dibahas dalam ilmu fiqh.
Al-Fiqh
الفقه في اللغة: العلم بالشيء والفهم له
Al-fiqh menurut bahasa berarti pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu.
Menurut istilah para ulama:
الفقه: العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية
(ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terinci).
Penjelasan Definisi
الحكم: إسناد أمر إلى آخر إيجابا أو سلبا
Hukum adalah penisbatan sesuatu kepada yang lain atau penafian sesuatu dari yang lain. Misalnya: kita telah menghukumi dunia bila kita mengatakan dunia ini fana, atau dunia ini tidak kekal, karena kita menisbatkan sifat fana kepada dunia atau menafikan sifat kekal darinya.
Tetapi yang dimaksud dengan hukum dalam definisi fiqh adalah status perbuatan mukallaf (orang yang telah baligh dan berakal sehat), apakah perbuatannya wajib, mandub (sunnah), haram, makruh, atau mubah. Atau apakah perbuatannya itu sah, atau batal.
Ungkapan hukum-hukum syar’i menunjukkan bahwa hukum tersebut dinisbatkan kepada syara’ atau diambil darinya sehingga hukum akal (logika), seperti: satu adalah separuh dari dua, atau semua lebih besar dari sebagian, tidak termasuk dalam definisi, karena ia bukan hukum yang bersumber dari syariat. Begitu pula dengan hukum-hukum indrawi, seperti api itu panas membakar, dan hukum-hukum lain yang tidak berdasarkan syara’.
Ilmu fiqh tidak mensyaratkan pengetahuan tentang seluruh hukum-hukum syar’i, begitu juga untuk menjadi faqih (ahli fiqh), cukup baginya mengetahui sebagiannya saja asal ia memiliki kemampuan istinbath, yaitu kemampuan mengeluarkan kesimpulan hukum dari teks-teks dalil melalui penelitian dan metode tertentu yang dibenarkan syari’at.
Hukum-hukum syar’i dalam fiqh juga harus bersifat amaliyyah (praktis) atau terkait langsung dengan perbuatan mukallaf, seperti ibadahnya, atau muamalahnya. Jadi menurut definisi ini hukum-hukum syar’i yang bersifat i’tiqadiyyah (keyakinan) atau ilmu tentang yang ghaib seperti dzat Allah, sifat-sifat-Nya, dan hari akhir, bukan termasuk ilmu fiqh, karena ia tidak berkaitan dengan tata cara beramal, dan dibahas dalam ilmu tauhid (aqidah).
Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah ini juga harus diperoleh dari dalil-dalil rinci melalui proses penelitian mendalam terhadap dalil-dalil tersebut. Bererti ilmu Allah atau ilmu Rasul-Nya tentang hukum-hukum ini tidak termasuk dalam definisi, kerana ilmu Allah berdiri sendiri tanpa penelitian, bahkan Dialah Pembuat hukum-hukum tersebut, sedangkan ilmu Rasulullah SAW diperoleh dari wahyu, bukan dari kajian dalil. Demikian pula pengetahuan seseorang tentang hukum syar’i dengan mengikuti pendapat ulama, tidak termasuk ke dalam definisi ini, kerana pengetahuannya tidak didapat dari kajian dan penelitian yang ia lakukan terhadap dalil-dalil.
Sedangkan contoh dalil yang terinci adalah:
Firman Allah SWT maksudnya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 278).
Ayat ini adalah dalil rinci tentang haramnya riba berapa pun besarnya. Dinamakan rinci kerana ia langsung berbicara pada pokok masalah yang bersifat praktis.
Ushul Fiqh sebagai disiplin ilmu :
Ushul Fiqh sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri didefinisikan oleh Al-Baidhawi, salah seorang ulama mazhab Syafi’i dengan:
معرفة دلائل الفقه إجمالا وكيفية الاستفادة منها وحال المستفيد
(Memahami dalil-dalil fiqh secara global, bagaimana menggunakannya dalam menyimpulkan sebuah hukum fiqh (bagaimana berijtihad), serta apa syarat-syarat seorang mujtahid).
Penjelasan Definisi.
Contoh dalil yang bersifat global: dalil tentang sunnah sebagai hujjah (sumber hukum), dalil bahwa setiap perintah pada dasarnya menunjukkan sebuah kewajiban, setiap larangan berarti haram, bahwa sebuah ayat dengan lafazh umum berlaku untuk semua meskipun turunnya berkaitan dengan seseorang atau tujuan tertentu, dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan menggunakan dalil dengan benar misalnya: mengetahui mana hadis yang sahih mana yang tidak, mana dalil yang berbicara secara umum tentang suatu masalah dan mana yang menjelaskan maksudnya lebih rinci, mana ayat/hadits yang mengandung makna hakiki dan mana yang bermakna kiasan, bagaimana cara menganalogikan (mengkiaskan) suatu masalah yang belum diketahui hukumnya dengan masalah lain yang sudah ada dalil dan hukumnya, dan seterusnya.
Kemudian dibahas pula dalam ilmu ushul apa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid untuk dapat mengambil kesimpulan sebuah hukum dengan benar dari dalil-dalil Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah SAW.
Sedangkan ulama mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali mendefinisikan ushul fiqh dengan:
العلم بالقواعد الكلية التي يتوصل بها إلى استنباط الأحكام الشرعية من أدلتها التفصيلية
(Ilmu tentang kaidah-kaidah umum yang dapat digunakan untuk melakukan istinbath hukum-hukum syar’i dari dalil-dalilnya yang terinci).
Tujuan Ushul Fiqh.
غاية أو ثمرة علم الأصول: الوصول إلى معرفة الأحكام الشرعية بالاستنباط
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ghayah (tujuan) dan tsamarah (buah) ilmu ushul adalah agar dapat melakukan istinbath hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil syar’i secara langsung.
Di samping itu ada manfaat lain dari ilmu ushul, di antaranya:
Mengetahui apa dan bagaimana manhaj (metode) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam beristinbath.
Mengetahui sebab-sebab ikhtilaf di antara para ulama.
Menumbuhkan rasa hormat dan adab terhadap para ulama.
Membentuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kemampuan di bidang fiqh secara benar.
Sandaran Ushul Fiqh
1. Aqidah/Tauhid, karena keyakinan terhadap kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah serta kedudukannya sebagai sumber hukum/dalil syar’i bersumber dari pengenalan dan keyakinan terhadap Allah, sifat-sifat dan perbuatan-Nya yang suci, juga bersumber dari pengetahuan dan keyakinan terhadap kebenaran Muhammad Rasulullah saw, dan semua itu dibahas dalam ilmu tauhid.
2. Bahasa Arab, karena Al-Quran dan Sunnah berbahasa Arab, maka untuk memahami maksud setiap kata atau kalimat di dalam Al-Quran dan Sunnah mutlak diperlukan pemahaman Bahasa Arab. Misalnya sebagian ulama mengatakan bahwa:
الأمر يقتضي الفور
(Setiap perintah mengharuskan pelaksanaan secara langsung tanpa ditunda). Dalil kaidah ini adalah bahasa, karena para ahli bahasa mengatakan: jika seorang majikan berkata kepada pelayannya: “Ambilkan saya air minum!” lalu pelayan itu menunda mengambilnya, maka ia pantas dicela.
3. Al-Quran dan Sunnah, misalnya kaidah ushul:
الأصل في الأمر للوجوب
(setiap perintah pada dasarnya berarti kewajiban) dalilnya adalah:
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu merasa takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur: 63)
4. Akal, misalnya kaidah ushul:
إذا اختلف مجتهدان في حكم فأحدهما مخطئ
(Jika dua orang mujtahid berseberangan dalam menghukumi suatu masalah, maka salah satunya pasti salah) dalilnya adalah logika, karena akal menyatakan bahwa kebenaran dua hal yang bertentangan adalah sebuah kemustahilan.
Hukum Mempelajari Ushul Fiqh
Al-Amidi dalam bukunya Al-Ihkam mengatakan: “Tidak ada cara untuk mengetahui hukum Allah swt kecuali dengan ilmu ushul ini. Karena seorang mukallaf adalah awam atau bukan awam (’alim). Jika ia awam maka wajib baginya untuk bertanya:
Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 7)
Dan pertanyaan itu pasti bermuara kepada ulama, karena tidak boleh terjadi siklus. Jika mukallaf seorang ‘alim, maka ia tidak bisa mengetahui hukum Allah kecuali dengan jalan tertentu yang dibenarkan, sebab tidak boleh memutuskan hukum dengan hawa nafsu, dan jalan itu adalah ushul fiqh. Tetapi mengetahui dalil setiap hukum tidak diwajibkan atas semua orang, karena telah dibuka pintu untuk meminta fatwa. Hal ini menunjukkan bahwa menguasai ilmu ushul bukanlah fardhu ‘ain, tetapi fardhu kifayah, wallahu a’lam.”
Perbedaan Ushul Fiqh Dengan Fiqh.
Pembahasan ilmu fiqh berkisar tentang hukum-hukum syar’i yang langsung berkaitan dengan amaliyah seorang hamba seperti ibadahnya, muamalahnya,…, apakah hukumnya wajib, sunnah, makruh, haram, ataukah mubah berdasarkan dalil-dalil yang rinci.
Sedangkan ushul fiqh berkisar tentang penjelasan metode seorang mujtahid dalam menyimpulkan hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang bersifat global, apa karakteristik dan konsekuensi dari setiap dalil, mana dalil yang benar dan kuat dan mana dalil yang lemah, siapa orang yang mampu berijtihad, dan apa syarat-syaratnya.
Perumpamaan ushul fiqh dibandingkan dengan fiqh seperti posisi ilmu nahwu terhadap kemampuan bicara dan menulis dalam bahasa Arab, ilmu nahwu adalah kaidah yang menjaga lisan dan tulisan seseorang dari kesalahan berbahasa, sebagaimana ilmu ushul fiqh menjaga seorang ulama/mujtahid dari kesalahan dalam menyimpulkan sebuah hukum fiqh.
Soalan no. 82.
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh ,
Ustaz..apa hukumnya saorang lelaki bukan mahram yg memuji sesorang wanita itu meng-upload gambar wajahnya, atau wajah anak remaja perempuanya yg dengan kata2 "cantiknya awak" atau "comelnya anak". Harap minta penjelasan Tuan Ustaz...Terima kasih.
-Ummi Zainab Hamzah.
Jawapan :
Waalakaumusslaam Ummi Zainab Hamzah : Islam menyuruh umatnya untuk menjauhkan fitnah. Jangan di buka seluas-luasnya pintu fitnah kerana syaitan akan suka jika anak Adam membuka pintu fitnah kerana di sinilah bermulanya maksiat dan zina. Contoh : Jika wanita bertabaruj dan di upload gambarnya di statusnya atau wallnya dengan gaya yang menawan untuk mendapat pujian rakan-rakannya yg lelaki dan wanita mengatakan "wajah awak cantik dan menawan" - si wanita pun jawab " ye ke, biasa saja lah" - ini adalah contoh membuka pintu fitnah dan jelas hukumnya HARAM. akan ada nanti lelaki yang berpenyakit akan menggoda wanita ini dan di sinilah bermulanya menghampiri zina dan berzina nauzubilahiminzalik.
Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ
Sesungguhnya wanita itu menghadap ke muka dalam bentuk syaitan, dan ke belakang dalam bentuk syaitan (pula). (HR Muslim Juz 10 Kitab Nikah, hal 177). Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memperingatkan:
{ إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ , وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ , فَاتَّقُوا الدُّنْيَا , وَاتَّقُوا النِّسَاءَ , فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ }
"Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau. Dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu sekalian khalifah di dunia, lalu Allah mengawasi bagaimana kamu berbuat. Maka jagalah dirimu tentang dunia dan jagalah dirimu tentang wanita. Maka sesungguhnya bencana/fitnah Bani Israil adalah dalam hal wanita. (HR Muslim Juz 17 Kitab Riqoq hal 55).
Sabda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Kitab Shahihain:
وَفِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رضي الله عنهما عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : { مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ }
Aku tidak meninggalkan fitnah/bencana yang lebih berbahaya atas kaum lelaki (selain bahaya fitnah) dari perempuan. (Al-Fath juz 9 , Hadits 5096, dan Muslim juz 18 hal 54)
Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah berkata, Jika syaitan putus asa mengenai sesuatu maka ia kemudian pasti mendatangi sesuatu itu dari arah perempuan. Sa’id pun berkata lagi, Tidak ada sesuatu yang lebih aku takuti di sisiku kecuali perempuan. (Siyaru ‘a’laamin Nubalaa’ Juz 4 / 237)
Soalan no. 83
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Mohon pencerahannya. Boleh kita membaca tasbih lebih daripada 3 kali semasa rukuk dan sujud, sekiranya imam lama sedikit sujud atau rukuk
- Mohd Zuki Seman.
Jawapan :
Waalakaumussalam warahmatullahi wabarakaatuh : Apa hukum membaca tasbih ketika ruku? Berapakah bilangan Tasbih yang sebaiknya dan berapa had maksimanya?
Hukum bertasbih semasa ruku’ adalah sunat. Selain dari tasbih, harus dibaca zikir-zikir lain yang warid dari Nabi SAW. semasa ruku’. Sekurang-kurang bilangan tasbih –untuk mendapat pahala bertasbih semasa ruku’- ialah sekali. Lafaznya ialah,
“سبحان ربي العطيم” atau “سبحان ربي العطيم وبحمده”.
Namun bilangan yang sempurna ialah sekurang-kurangnya tiga kali.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir r.a. menceritakan; “Adalah Nabi SAW. apabila ruku’ baginda membaca; “سُبْحَاْنَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ” tiga kali
dan apabila sujud baginda membaca; “سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ” tiga kali”
(Hadis Riwayat Imam Abu Daud. Hadis ini dinyatakan oleh Imam as-Suyuti sebagai hasan. Lihat; al-Jami’ as-Saghier, no. 6710)
Bagi yang bersolat sendirian, digalakkan memperbanyakkaan tasbih melebihi tiga kali iaitu lima, tujuh, sembilan sehingga sebelas kali. Jumhur ulamak mazhab Syafi’ie berpandangan; bilangan sebelas adalah yang maksima. Namun Imam as-Subki berpendapat; ia tidak terikat dengan bilangan tertentu. Siapa menghendaki ia boleh menambah seberapa banyak tasbih yang ia suka.
Adapun orang yang menjadi imam, ia tidak digalakkan menambah terlalu banyak tasbih kerana dibimbangi memberatkan sebahagian makmumnya. Sebahagian ulamak berkata; memadai imam bertasbih tiga kali sahaja untuk memberi keringanan kepada makmumnya. Namun Ibnu al-Mubarak berpandangan; digalakkan imam bertasbih lima kali supaya makmum di belakangnya sempat bertasbih tiga kali. (Dalail al-Ahkam, 1/289).
Sunat bertasbih semasa ruku’ itu adalah pandangan jumhur ulamak. Ada di kalangan ulamak yang mewajibkannya, antara mereka ialah Imam Ahmad dan al-Hasan.
Soalan no. 84
Assalamualaikum Ustaz. Mohon pencerahan ....
- Mohd Zuki Seman
Jawapan :
Waalakaumussalam Mohd Zuki Seman : Dalam hadis sahih : Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, mulailah orang-orang mengeraskan suara mereka dalam membaca takbir lalu bersabdalah beliau: Wahai manusia, rendahkanlah suara kamu sekalian! Karena kamu sekalian sesungguhnya tidak sedang memohon kepada yang tuli maupun yang gaib bahkan kamu sekalian sedang memohon kepada Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat Yang selalu bersama kamu sekalian. Aku pada saat itu berada di belakang beliau sambil mengucapkan: "Laa haula wa laa quwata illa billah", (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berkat bantuan Allah). Rasulullah saw. berkata: Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan kepada salah-satu kekayaan surga yang tersimpan? Aku menjawab: Tentu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Yaitu ucapan: "Laa haula wa laa quwata illa billah"
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4873
Tidak terdapat hadis sahih menyuruh membaca "Laa haula wa laa quwata illa billah", (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berkat bantuan Allah). sebanyak 1000 kali pada hari Isnin. yang jelas hadis sahih baginda SAW menyuruh membacanya sebanyak yang boleh dan tak kira hari dan waktu kerana banyak kelebihan zikir ini.
Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah kalimah yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahawa kita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah SWT juga." - Jika kita menghadapai masaalah sukar dan genting banyakkan baca kalimah ini (kalimah hauqalah) sebagai satu cara kita menyerahkan urusan kepaad Allah SWT.
Kelebihan dan fadilat Kalimah Hauqalah : Ketika badan berbaring tak berdaya kerana sakit, akan tetapi lisan kita terkadang masih boleh digunakan. Oleh kerana itu sebaiknya lisan kita digunakan untuk berzikir, selain doa-doa kesembuhan dan kebaikan dunia-akhirat ada juga wirid selama sakit yang sering kita baca dan mudah diucapkan yaitu “Hauqalah” atau mengucapakan (لا حول ولا قوة إلا بالله) “laa haula wala quwwata illa billah”. Boleh jadi dengan zikir ini kita diberikan kesembuhan dan kemudahan dunia-akhirat.
Beberapa Keutamaan hauqalah
Sebaiknya kami bawakan beberapa keutamaan hauqalah sebelumnya:
-Merupakan tabungan/simpanan untuk syurga
Rasulullah Shallalahu ’Alaihi Wasallam bersabda,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ ». فَقُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ »
“Wahai Abdullah bin Qais, maukah engkau kuberitahu tentang salah satu tabungan/simpanan dari simpanan-simpanan surgawi? Abdullah bin Qais menjawab: ‘Tentu, wahai Rasulullah’. Ia bersabda: ‘Ucapkanlah laa haula wa laa quwwata illa billah’”[HR. Bukhari no.4205, Muslim no.7037]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
أنَّ النبي صلى الله عليه وسلم قال:”هي كنز من كنوز الجنة” والكنز مال مجتمع لا يحتاج إلى جمع؛ وذلك أنَّها تتضمن التوكل والافتقار إلى الله تعالى.
“Nabi Shallalahu ’Alaihi Wasallam mengatakan “salah satu tabungan/simpanan dari simpanan-simpanan syurga “, lafadz (الكنز) “al-Kanzu” maknanya adalah harta yang terkumpul dan tidak memerlukan lafadz jamak (كنوز), hal tersebut kerana hauqalah mengandung makna tawakkal dan iftiqar (memerlukan) Allah Ta’ala.”[Majmu’ Fatawa 13/321, Darul Wafa, cet. III, 1426 H, syamilah]
-Merupakan salah satu dari pinta syurga
Rasulullah Shallalahu ’Alaihi Wasallam berkata kepada Abu Musa radhiallahu ‘anhu,
ألا أدلك على باب من أبواب الجنة ؟ قلت بلى ، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله )) ، رواه الترمذي وأحمد
“Maukah engkau aku tunjukkan salah satu dari pintu syurga? Aku berkata, ‘tentu’. Baginda bersabda, ‘ Laa haula wala quwwata illa billah”[HR. Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ no.2610]
-Amalan yang dianjurkan untuk sering dibaca
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) baginda memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) baginda berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) baginda melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.[HR. Ahmad 5/159, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah no, 2166]
Hauqalah hendaknya sering-sering dibaca oleh orang sakit
Syaikh Abdullah bin AL-Jibrin rahimahullah ditanya,
س: يوصي بعض الزائرين المريض بالإكثار من الحوقلة ( لا حول ولا قوة إلا بالله ) فهل لنا أن نعرف من فضيلتكم أهمية هذه الكلمة وهل ورد فيها شيء من السنة؟
“Sebagian penjenguk orang yang sakit memberikan nasihat agar si sakit banyak-banyak membaca hauqalah (laa haula wala quwwata illa billah), apakah urgensi dari kalimat ini dan apakah terdapat dalam sunnah?”
Beliau menjawab,
نعم …ومعنى هذه الجملة اعتراف الإنسان بعجزه وضعفه إلا أن يقويه ربه، فكأنه يقول: يا رب ليس لي حول ولا تحول من حال إلى حال ولا قدرة لي على مزاولة الأعمال إلا بك، فأنا محتاج إلى تقويتك وإمدادك، ففيها البراءة من الحول والقوة، وإن الرب تعالى هو الذي يملك ذلك، ويمد عباده بما يعينهم على أمر دنياهم ودينهم، والله أعلم وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم.
“Ya…Makna kalimat ini (hauqalah) adalah pengakuan manusia akan tidak berdaya serta lemahnya dirinya dan berharap agar Rabb-nya memberikan kekuatan padanya, seakan-akan ia (si sakit) berkata, ‘wahai Rabb-ku, hamba tidak memiliki daya dan tidak boleh mengubah keadaan, tidak pula memiliki upaya dalam melakukan amal kecuali dengan bantuan-Mu, Hamba memerlukan taufik dan bantuan-Mu. Dalam kalimat ini terdapat pengakuan ketidakmampuan dalam daya dan upaya kerana hanya Allah Ta’ala yang memilikinya. Ia membantu dan menolong hamba-Nnya dalam urusan agama dan dunia.”[Fatawa Asy-Syar’iyyah fii Masa’ilit Thibbiyah pertanyaan no. 4]
Penyakit yang diderita termasuk bahaya dan bahaya tersebut boleh dihilangkan dan diangkat, Makhul rahimahullah berkata,
)) قال مكحول : فمن قال : (( لا حول ولا قوة إلا بالله ولا منجا من الله إلا إليه ، كشف الله عنه سبعين بابا من الضر أدناها الفقر ))
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘laa haula wala quwwata illa billah wala manjaa minallah illa ilaih’ maka Allah akan mengangkat darinya 70 pintu bahaya dan mencegah kefakiran darinya.[Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan disahihkan oleh al-Hakim]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
وقول ” لا حول ولا قوة إلا بالله ” يوجب الإعانة ؛ ولهذا سنها النبي صلى الله عليه وسلم إذا قال المؤذن : ” حي على الصلاة . فيقول : المجيب : لا حول ولا قوة إلا بالله فإذا قال : حي على الفلاح قال المجيب : لا حول ولا قوة إلا بالله “
“Ucapan laa haula wala quwwata illa billah, memberikan konsekuensi “i’anah” (bantuan), oleh kerana itu Rasulullah Shallalahu ’Alaihi Wasallam memberikan contoh jika muadzzin mengucapkan “hayya ‘alas solah”, maka dijawab, ‘laa haula wala quwwata illa billah’, jika muadzzin mengucapkan, ‘hayya ‘alal falah’, dijawab’ laa haula wala quwwata illa billah’ (minta bantuan kepada Allah Agar boleh melaksanakannya, pent)”[Majmu’ Fatawa 13/321, Darul Wafa, cet. III, 1426 H, syamilah]
Syaikh Abdurrazaq Al-Badr hafidzhullah berkata,
أنَّها كلمة استعانة بالله العظيم، فحريٌّ بقائلها والمحافظ عليها أن يظفر بعون الله له وتوفيقه وتسديده
“Kalimat ini adalah permohonan bantuan kepada Allah yang Maha Agung, layak bagi pengucapnya dan menjaganya (wiridnya) agar ia berhasil dengan bantuan, taufik dan petunjuk dari Allah.”[Dalalaatul Hauqalah Al-Aqdiyah,]
Demikianlan jika kita menjenguk orang sakit atau sedang ditimpa penyakit maka hendaknya memperbanyak membaca hauqalah.
Wassalam.
Soalan no. 85
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Ustaz ini details yang tersebar dekat Fb.
- Mohd Zuki Seman.
'Seorang bayi telah dilahirkan di israel yang mukanya mirip
seperti dajjal, Allah (s.w.t) telah berkata di dalam al-Qur’an
bahawa seorang bayi yang kelihatan seperti dajjal akan
dilahirkan di israel dan itu adalah petanda hari perhitungan.
Telah dinyatakan juga di dalam al-Qur’an bahawa tanda ini
adalah sebahagian daripada tanda-tanda sebelum berlakunya
hari pembalasan. Oleh itu, para muslimin dan muslimat
seharusnya sudah mula berubah dan menunaikan solat. Kamu
tidak akan pernah tahu bila hari kiamat itu akan berlaku.
# Bebaskan Palestin*menunggu* tanda-tanda Kiamat…..
-Homoseksual
-Manusia memburuk-burukkan keturunan (atuk nenek) orang
lain.
-Pakaian yang mempamerkan hampir seluruh anggota badan
-Tiada lagi bintang di langit
-Manusia hilang
-Bangunan tinggi
-Kemunculan Imam Mahdi
-kemunculan Dajjal
-Turunnya Nabi Isa (A.S)…
-Kemunculan Yajooj Majooj..
-Terbitnya matahari dari barat; dimana pintu keampunan akan
ditutup
-Dab’bat al-Ard akan muncul dari tanah dan akan memberi
tanda kepada Muslim yang sebenar.
-Kabus selama 40 hari.. yang akan membunuh orang yg
benar2 percaya pada Allah agar mereka tidak lagi perlu
menyaksikan tanda-tanda lain.
-Sebuah kebakaran yang besar (dahsyat)…akan menyebabkan
kehancuran (kucar kacir)
-Kehancuran/kerosakkan Kaabah
-Hilangnya tulisan di dalam al-Qur’an.
-Sangkakala ditiup buat kali pertama; semua haiwan dan
orang kafir akan mati dan semua gunung dan bangunan akan
musnah.
-Sangkakala ditiup buat kali kedua; semua ciptaan Allah akan
mati dan akan dihimpunkan di padang Arafat untuk dihisab.
-Matahari akan menghampiri bumi…
Nabi Muhammad S.A.W. berkata,
‘Siapa sahaja yang menyebarkan berita ini kepada orang lain,
akan aku tempatkan dia di dalam Jannah pada hari
pembalasan….
Mari kita lihat jika syaitan menghentikannya (mungkin
bermaksud = menghentikan penyebaran mesej ini) — with Yunus Lan.'
Muhd Amirul
Jawapan :
Waalakaumussalam Mohd Zuki Seman : Artikal yang boleh merosakkan akidah kita kerana tak ada pun ayat al-Quran yang merujuk kepada kelahiran seorang bayi bermata satu
( ditengahnya). Ini satu pembohongan yang jelas dan nyata. Jangan keliru kerana penyebar surat ini masukkan sekali 10 tanda akhir kiamat (hadis sahih). Ini adalah kerja musuh Islam dan jauhi surat berantai yang menyesatkan ini adalah kerja syaitan, kerana syaitan kerjanya nak menyesatkan manusia termasuk penulis surai ini.
Gambar tersebut adalah seorang budak yang di lahirkan cacat di Israel , budak ini bukan Dajjal kerana Dajjal telah hidup ribuan tahun lamanya sebelum kelahiran Nabi Isa a.s. Dajjal sempurna sifatnya sebagai manusia dan buta matanya sebelah kanan.
Dajjal adalah seorang laki-laki dari anak Adam yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana dalam beberapa hadis agar manusia mengetahuinya dan berhati-hati terhadapnya, sehingga apabila kelak ia muncul maka orang-orang mukmin dapat mengenalnya serta tidak terfitnah olehnya.
Sifat-sifat inilah yang membedakannya dari manusia lainnya sehingga tidak tertipu olehnya kecuali orang yang jahil yang bakal celaka. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
Sifat-sifat Dajjal :
Dia adalah seorang muda yang berkulit merah, pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan buta, dan matanya ini tidak menonjol keluar juga tidak tenggelam, seolah-oleh buah anggur yang masak (tak bercahaya) dan matanya sebelah kiri ditumbuhi daging yang tebal pada sudutnya. Di antara kedua matanya terdapat tulisan huruf kaf, fa', ra' secara terpisah, atau tulisan "kafir" secara bersambung / berangkai, yang dapat dibaca oleh setiap muslim yang boleh menulis maupun yang tidak boleh menulis. Dan di antara tandanya lagi ialah mandul, tidak punya anak.
Berikut ini beberapa hadits shahih yang menyebutkan ciri-ciri tersebut, yang juga merupakan dalil akan munculnya Dajjal :
[1]. Dari Umar r.a. bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "maksudnya : Ketika saya sedang tidur, saya bermimpi melakukan tawaf di Baitullah.... " Lalu baginda mengatakan bahawa baginda melihat Isa Ibnu Maryam 'alaihissallam , kemudian melihat Dajjal dan menyebutkan ciri-cirinya dengan sabdanya: "Dia itu seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut keriting, matanya buta sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang masak' (tak bersinar). " Para sahabat berkata, "Dajjal ini lebih menyerupai Ibnu Qathn 1)* , seorang laki-laki dari Khuza'ah."
[Shahih Bukhari, Kitabul Fitan, Bab Dzikri Dajjal 13: 90,
Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Dzikril Masih Ibni Maryam 'Alaihissallam wal-Masihid Dajjal 2: 237].
[2]. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam pernah menyebut-nyebut Dajjal di hadapan orang ramai, lalu baginda bersabda: "Ertinya : Sesungguhnya Allah Ta'ala itu tidak buta sebelah matanya. Ketahuilah. sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal itu buta sebelah matanya yang kanan, seakan-akan matanya itu buah anggur yang tersembul. " [Shahih Bukhari, Kitabul Fitan. Bab Dzikri Dajjal 13: 90,
Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asy-rothis Sa'ah, Bab Dzikrid Dajjal 18: 59].
No comments:
Post a Comment