Monday, July 6, 2015

Tazkirah & Soal Jawab Agama Siri 30 ( Hadis Hafal Al-Quran, Huraian Puasa, Fidyah Gandaan, Malam Lailatul Qadar Dan Berbohong Yang Di Benarkan)

Soalan no. 146 : Assalamualikum ustaz..saya nk tanya tentang kedudukan hadis ini berkenaan musibah penghafal Alquran melupakan hafazannya..

-Nurakmal Liyana Yahya.

Jawapan : 

Waalakaumussalam Nurakmal Liyana Yahaya Adapun mengenai hadis-hadis yg mengancam mereka yg menghafal kemudian lupa, semuanya dhaif. Termasuklah hadis yg dikemukakan oleh saudara yang mana ia diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi. Hadis tersebut dipertikaikan sendiri kesahihannya oleh Imam Tirmidizi seperit yang dinukilkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Azkar. Oleh itu, tidaklah berdosa mereka yg melupakan ayat atau surah al-Quran samada kerana sengaja ataupun tidak.

Secara hukum dia tidak berdosa jika sudah hafal al-Quran kemudian dia terlupa, akan tetapi disyariatkan bagi seorang Muslim untuk selalu menjaga dan memelihara hafalan Al-Qurannya agar tidak hilang dari ingatannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam,

تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَلَّذِي نَفْسِ بِيَدِهِ إِنَّهُ َلأَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَ

“Jagalah Al-Quran ini, demi zat yang jiwaku berada dalam tangan-Nya. Sesungguhnya dia lebih mudah terlepas daripada unta yang dilihat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akan tetapi, yang paling penting adalah mempelajari dan memahami ayat-ayat Al-Quran kemudian mengamalkannya. Kerana barangsiapa yang mengamalkan Al-Quran, maka Al-Quran tersebut akan menjadi hujjah baginya (akan membelanya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala). Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan Al-Quran, maka Al-Quran tersebut akan menjadi musuh dia. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

وَ الٌُقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Dan Al-Quran itu boleh menjadi hujjah bagimu (membelamu) dan boleh menjadi hujjah atas kamu (mengancammu).” (HR. Muslim dan hadits Al-Harits Al-Asy’ari yang panjang).

Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz,

Soalan no. 147 : Assalamualaikum. Boleh Ustaz terangkan ayat Al-Quran yang berkaitan dengan puasa serta tafsirannya sekali.

- Mariam Ismail. 

Jawapan : 

Waalakauamusslaam Mariam Ismail : Kelebihan Puasa Di Bulan Ramadan Melahirkan Takwa.

Tafsir Surat Al Baqarah 183: “Berpuasa Hasilnya Adalah Takwa”

Bulan Ramadan adalah bulan Al Quran. Semestinya di bulan Al Quran ini umat Islam hendaklah lebih bersemangat membaca serta merenungkan isi Al Qur’an Al Karim. Ya, perenungan isi Al Quran hendaknya mendapat menfaat yang besar dari aktiviti umat Islam di bulan yang mulia ini. Mengingat hanya dengan inilah umat Islam dapat mengembalikan peranan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan panduan menuju jalan yang benar.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan adalah bulan bulan diturunkannya Al Quran. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (Surah Al Baqarah ayat 185)

Usaha yang mulia ini boleh dimulai dari sebuah ayat yang sering dibacakan, dikumandangkan, bahkan dihafal oleh kaum muslimin, yaitu surat Al Baqarah ayat 183, yang membahas tentang ibadah puasa. Ayat yang mulia tersebut berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (Surah Al Baqarah ayat 183)

Ayat ini mengandung banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa. Mari kita perhatikan hikmah yang mendalam dibalik ayat yang mulia ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman”

Dari lafaz ini diketahui bahawa ayat ini turun di Madinah (atau ayat Madaniyyah), sedangkan yang diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat makkiyyah atau diturunkan di Makkah [Lihat Al Itqan Fi Ulumil Qur’an karya Imam As Suyuthi, 55]

Imam Ath Thabari menyatakan bahawa maksud ayat ini adalah : “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”[Jami’ Al Bayan Fii Ta’wiil Al Qur’an, 3/409]

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”[Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/497]

Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah Ta’ala memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki iman, dengan demikian Allah Ta’ala pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya. Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang.

Lalu, apakah iman itu?

Iman secara bahasa ertinya percaya atau membenarkan. Sebagaimana dalam ayat Al Qur’an:

وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ

“Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar” (Surah Yusuf ayat 17)

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menjelaskan makna iman dalam sebuah hadis:

الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

“Iman adalah engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha' dan qadar, yang baik maupun yang buruk”[HR. Muslim no.102, 108]

Demikianlah enam Rukun Iman yang harus dimiliki oleh orang yang mengaku beriman. Maka orang enggan mempersembahkan ibadah kepada Allah semata, atau menyembah sesembahan lain selain Allah, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. 

Orang yang enggan mengimana Muhammad adalah Rasulullah atau meninggalkan sunnahnya, mengada-adakan ibadah yang tidak beliau perintahkan, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya. Orang yang tidak percaya adanya Malaikat, tidak percaya datangnya kiamat, tidak percaya takdir, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya.
Namun jangan anda mengira bahwa iman itu sekedar percaya di dalam hati.

Imam Asy Syafi’i menjelaskan:

وكان الإجماع من الصحابة والتابعين من بعدهم ممن أدركناهم أن الإيمان قول وعمل ونية ، لا يجزئ واحد من الثلاثة بالآخر

“Setahu saya, telah menjadi ijma para sahabat serta para tabi’in bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan mengurangi salah satu pun dari tiga hal ini”[Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah, 4/149]

Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku beriman namun enggan melaksanakan solat, enggan membayar zakat, dan amalan-amalan lahiriah lainnya. Atau wanita yang mengatakan “Walau saya tidak bertudung tutup aurat, yang penting hati saya berbersih dan ikhlas”. Jika imannya benar, tentu hati menjadi bersih dan ikhlas akan ditunjukkan juga secara lahiriah, yaitu memakai tudung dan baju yang menutup aurat dengan sempurna. Oleh kerana itu pula, puasa sebagai amalan lahiriah merupakan hasil daripada iman.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ

“Telah diwajibkan atas kamu berpuasa ”

Al Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya”[Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, 2/272]

Namun ketahuilah, di awal perkembangan Islam, puasa belum diwajibkan melainkan hanya dianjurkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (puasa), maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Surah Al Baqarah ayat 184)

Ibnu Katsir menjelaskan dengan panjang lebar tentang masalah ini, kemudian beliau menyatakan: “Kesimpulannya, penghapusan hukum (dianjurkannya puasa) benar adanya bagi orang bukan musafir dan sihat badannya, yaitu dengan diwajibkannya puasa berdasarkan ayat:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

‘Barangsiapa di antara kamu hadir di bulan (Ramadan) itu, wajib baginya puasa‘ (Surah Al Baqarah ayat 185)”[Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/500]

Bertahapnya pewajiban ibadah puasa ini berjalan sesuai keadaan aqidah umat Islam ketika itu. Syaikh Ali Hasan Al Halabi -hafizhahullah- menyatakan: “Kewajiban puasa ditunda hingga tahun kedua Hijriah, yaitu ketika para sahabat telah mantap dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar Islam. Perpindahan hukum ini dilakukan secara bertahap. Kerana awalnya mereka diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak, namun tetap dianjurkan”[Shifatu Shaumin Nabi Fii Ramadhan, 1/21]

Dari hal ini terdapat sebuah pengajaran berharga bagi kita, bahawa ketaatan seorang hamba kepada Rabb-Nya berbanding lurus dengan sejauh mana ia menerapkan tauhid.

كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”

Imam Al Alusi dalam tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘alaihissalam sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani.

Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Kerana suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak, akan menjadi hal yang biasa saja.

Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya”[Ruuhul Ma’ani Fii Tafsiir Al Qu’ran Al Azhim, 2/121]

Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat sebelum umat Muhammad adalah disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: “Terdapat riwayat dari Muadz, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Atha’, Qatadah, Ad Dhahak bin Mazahim, yang menyatakan bahwa ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya, kemudian hal itu di-nasakh dengan disyariatkannya puasa Ramadan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahawa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh hingga akhirnya di-nasakh oleh Allah Ta’ala dengan puasa Ramadhan” [Tafsir Qur’an Al Azhim Libni Katsir, 1/497]

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Agar kalian bertaqwa”

Kata la’alla dalam Al Qur’an memiliki beberapa makna, diantaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan dari sisi orang diajak bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita ertikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat takwa. Dengan makna tarajji, dapat kita ertikan bahawa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertakwa.

Imam At Thabari menafsirkan ayat ini: “Maksudnya adalah agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa”[Jami’ Al Bayan Fii Ta’wiil Al Qur’an, 3/413]

Imam Al Baghawi memperluas tafsiran tersebut dengan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertakwa kerana sebab puasa. Kerana puasa adalah wasilah menuju takwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Sebagian ahli tafsir juga menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima” [Ma’alim At Tanziil, 1/196]

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat” [Tafsir Al Jalalain, 1/189]

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah takwa itu?

Secara bahasa arab, takwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang ertinya berhati-hati, waspada, takut. Bertakwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Namun secara istilah, definisi takwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ

“Takwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”[Siyar A’lamin Nubala, 8/175]

Demikianlah sifat orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan kerana ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Ta’ala, bukan atas dasar ikut-ikutan, tradisi, taklid buta, atau adat istiadat. Demikian juga orang bertakwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, kerana ia teringat dalil yang mengancam dengan azab yang mengerikan. Dari sini kita tahu bahawa ketakwaan tidak mungkin tercapai tanpa memiliki cahaya Allah, yaitu ilmu terhadap dalil Al Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Jika seseorang memenuhi kriteria ini, layaklah ia menjadi hamba yang mulia di sisi-Nya:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (Surah Al Hujurat ayat 13)

Soalan no. 148 : Assalamualaikum Ustaz. Terdapat 2 bayaran fidyah: Fidyah Tanpa Gandaan dan Fidyah Dengan Gandaan.

Soalan saya, bagaimana saya hendak memilih dan mengira bayaran fidyah bagi orang tua saya yang telah pergi tanpa saya mengetahui dia telah menggantikan puasanya atau tidak.

Sedangkan kiraan bagi bayaran fidyah bagi gandaan dan tanpa gandaan nyata berbeza begitu juga sebab-sebab perlunya menggira mengikut salah satu kaedah.

Jika, saya memilih untuk mengira dari usianya 15 tahun (baligh umur) akan terdapat dua kiraan fidyah. 

Pertama, semasa dia wajib ganti puasa (sekiranya dia sengaja meninggalkan puasa- fidyah dgn gandaan). 

Kedua, semasa dia tidak wajib ganti puasa (tua yg uzur - fidyah tanpa gandaan).

Bagaimana kedua kiraan ini hendak saya cantumkan untuk mendapat kiraan yang wajar/betul.

- Raja Faziliaton Raja Abdullah.

Jawapan :

Waalakauamussalam Raja Faziliaton Raja Abdullah dalam mazahb Syafie jika seseorang meninggalkan puasa dan melepasi setahun saja maka seseorang di kenakan fidyah, jika melewati tahun-tahun berikutnya akan di gandakan fidyahnya puasa tetap sama tak berganda, mengikut jumlah tahun yang di tinggalkan. Tetapi di dalam mazhab Maliki, Hanbali dan Hanafi , jika meninggalkan puasa wajib qada' puasa tersebut dan jika melepasi setahun atau beberapa tahun berikutnya fidyah hanya sekali sahaja tak di gandakan. Untuk mengatasi masalaah ini dan tidak membebankan umat Islam yang telah meninggalkan puasa sejak muda lagi maka Jawatankuasa Perunding Hukum Syara' (Fatwa) Negeri Selangor telah memberikan pandangan mereka dalam perkara gandaan fidyah.

Huraian mengenai fidyah : Puasa yg ditinggalkan wajib qada jumlah yg ditinggalkan. Di samping puasa qada saudari juga dikenakan fidyah 1 cupak makanan asasi setiap hari yang ditinggalkan. Mengikut mazhab Syafie fidyah di gandakan setiap tahun yg ditinggalkan tetapi mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali tidak payah digandakan hanya bayar sekali sahaja. 

Jawatankuasa Fatwa Negeri Selangor telah dikemukakan dengan persoalan tentang hukum gandaan fidyah dan kifarah. Pihak Jawatankuasa diminta untuk memberi pendapat dan keputusan tentang perkara tersebut.
Keputusan: 

1. Mesyuarat Jawatankuasa Perunding Hukum Syara' (Fatwa) Negeri Selangor yang bersidang pada 16 Januari 2001 telah sebulat suara membuat keputusan bahawa pembayaran-pembayaran fidyah dan kifarah yang tertangguh adalah tidak digandakan (harus). Ini menurut sebahagian pandangan mazhab Syafie.

2. Walaubagaimanapun, sekiranya pihak pembayar ingin membuat pembayaran fidyah dan kifarah secara berganda maka ianya boleh diterima.

3. Oleh itu, pembayaran fidyah dan kifarah ini diberi dua pilihan:

a. Digandakan pembayaran fidyah dan kifarah mengikut tahun yang ditinggalkan.

b. Tidak digandakan pembayaran.

4. Pandangan ini diambil kira ia berbetulan dengan ajaran Islam yang tidak sama sekali menyusahkan manusia yang menganut ajarannya

Keterangan/Hujah: 

LATAR BELAKANG

1. Fidyah ialah satu istilah yang terdapat di dalam fiqh al-Islami. Ia lebih difahami sebagai "satu cara untuk menggantikan puasa Ramadhan yang tertinggal disebabkan keuzuran yang diterima oleh syarak atau tidak".

2. Jumlah fidyah yang dibayar adalah berdasarkan kepada bilangan puasa yang ditinggalkan. Sekiranya bilangan puasa yang ditinggalkan itu banyak, maka banyaklah fidyah yang perlu dibayar. Begitu juga sebaliknya.

3. Sekiranya jumlah yang perlu dibayar adalah sedikit, ia tidak menjadi masalah. Tetapi sekiranya jumlah tersebut terlalu tinggi, masalah akan timbul apabila berlaku penggandaan dalam pengiraan fidyah apabila pembayaran ditangguhkan untuk beberapa Ramadhan.

PENDAPAT ULAMA"

1. Terdapat dua pandangan terhadap masalah penggandaan kiraan fidyah tertangguh:

1) Tidak digandakan: ia adalah pandangan mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali.

Pandangan ini dikukuhkan dengan hujah bahawa penagguhan terhadap sesuatu ibadah tidak akan menambahkan bilangan ibadah tersebut sebagaimana yang berlaku kepada ibadah haji yang tertangguh.

2) Digandakan: Pandangan ini dikukuhkan dengan hujah bahawa setiap penagguhan tersebut membentuk fidyah yang lain. Fidyah yang bertambah tersebut tidak boleh disatukan menjadi satu.

Jika saudari telah tinggalkan puasa (belum di qada) bertahun-tahun lama masanya, sebagai contoh : 50 hari puasa qada belum di tunaikan. Maka saudari wajib qada 50 hari puasa dan fidyah yang saudari dikenakan (jika mengikut pendapat Mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali) adalah sebanayk 50 cupak beras makanan asasi bersamaana (0.675 kg x 50 = 33.75 kilogram) . Jadikan genap 40 kg beras di sedekahkan kepada 4 keluarga miskin (setiap 1 keluarga mendapat 10 kg beras)

Cara kiraannya : Jika ibu puan semasa hidupnya sejak baligh sehingga dewasa dia ada meninggalkan puasa sebanyak 100 hari dan fidyah yang di kenakan sebanyak 0.675 x 100 = 67.5 kg beras untuk fakir miskin. (kerana lewat mengqada'nya). Tiba-tiba ibu puan meninggal dunia tak sempat qada' dan bayar fidyah. Maka cara pembayarannya adalah 100 puasa yang belum di sempurnakan di gantikan dengan fidyah sebanyak 100 x 0.675 kg beras. dan di campurkan dengan fidyah yang di kenakan maka jumlahnya adalah 67.5 + 67.5 = 135 kg beras untuk di sedekahkan kepada fakir miskin.

Jika ibu puan sakit tua dan uzur maka dia hanya di kenakan fidyah sahaja jika selama 3 tahun dia tak berpuasa maka fidyahnya 90 x 0.675 kg beras =60.75 kg beras fidyah untuk di sedekahkan kepada fakir miskin.

Soalan no. 149 : Asalamualaikum ustaz apakah terbaik kepada hamba Allah? Apabila kedatangan malam lailatulqadar dan waktu bilakah mustajab doa bagi orang Islam,,

- Muhammad Nabawi.

Jawapan :

Waalakauamaussalam Muhammad Nabawi Dalam hal ini, memadailah Rasulullah (SAW) sebagai model yang menampilkan teladan terpuji untuk diikuti oleh umat Islam seluruhnya dalam menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan. Ini dilakukan dengan melaksanakan iktikaf dan membangunkan keluarganya agar lebih meningkatkan amalan ibadat pada malam hari. 

Rasulullah (SAW) juga tidak mendekati isteri-isterinya dengan tujuan memperbanyakkan amal ibadat dalam masjid seperti solat Tahajud, solat Witir, solat Tarawih, berzikir kepada Allah serta membaca dan tadarus al-Quran. Baginda juga sentiasa memanjatkan doa ke hadrat Ilahi. Antara doa yang sering baginda baca ialah doa bermaksud: “Wahai Tuhan kami! Anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan juga kebajikan di akhirat serta peliharakanlah kami daripada seksaan api neraka yang pedih.”

Doa yang dilafazkan itu bukan sekadar satu permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat saja, malah untuk memantapkan lagi langkah dan kesungguhan agar dapat meraih kebajikan yang dijanjikan Allah. Ini kerana doa itu sendiri membawa maksud satu permohonan yang penuh tulus dan pengharapan, di samping disusuli dengan usaha melipatgandakan amal ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, setiap Muslim dianjurkan agar bertaubat dan memohon ampun kepada Allah daripada sebarang kesalahan dan dosa. Tambahan pula, setiap manusia pada dasarnya tidak akan terlepas daripada kealpaan dan seterusnya melakukan kesalahan yang dilarang Allah.

Amalan Pada Malam Lailatul Qadar

Amalan-amalan yang diamalkan pada malamnya : Mulai jam 12.00 tengah malam :-
1. Sembahyang sunat wuduk.
2. Sembahyang sunat hajat berdoa minta dipertemukan Allah dengan malam Lailatul Qadar.
3. Membaca al-Quran.
4. Istighfar
5. Zikrullah
6. Bertasbih
7. Selawat
8. Sembahyang sunat tahajjud.

Orang yang bertemu dengan Lailatul Qadar akan terus dingin badannya kerana dihampiri oleh para malaikat (sebentar sahaja). Hendaklah segera kita membaca...

”Terdapat dalam hadis dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, ”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Baginda menjawab, ”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahawa hadis ini sahih).

Soalan no. 150 : Assalamualikum ustaz,saya nak tanya,sekiranya kita melakukan kebaikan pada orang lain,tapi apabila di tanya, kita menafikan kebaikan yang kita lakukan kerana tidak mahu riak.apakah pandangan ustaz? Apakah hukumnya?

- Mahadir C-dik

Jawapan :

Walakauamussalam Mahadir C-dik jika kita membuat kebaikan pada seseorang jika di tanya kita perlu jawab dengan jujur kerana orang mukmin tak berbohong hanya perkara dharurat sahaja. Jika perkara kebaikan boleh kita ceritakan sekurang-kurangnya dapat menjadi pengajaran kepada orang lain supaya mengikut amalan yg kita buat, bukan kerana riyak tetapi niat kita cuba bercakap benar kedua untuk di ambil pengajaran.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya, "Berbohong tidak dibenarkan (halalkan) melainkan 3 keadaan : Lelaki yang bercakap kepada isterinya bertujuan mengembirakannya, berbohong semasa perang dan berbohong bagi menyatukan antara dua manusia" (Hadis Riwayat al-Tirmudzi no. 1862, kata beliau in Hadis Hasan, Sahih Muslim no.4717.)

1. Bohong yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mendamaikan dua orang saudaranya yang sedang bermusuhan. Kita boleh berbohong pada masing-masing dari mereka dengan menceritakan kebaikan-kebaikan mereka pada masing-masing teman yang musuhan tadi. Hingga akhirnya, mereka berdua pun berdamai. Dan misi pun selesai.

2. Bohong yang dilakukan suami untuk menyenangkan isterinya atau bohong yang dilakukan isteri untuk menyenangkan suaminya.Contohnya seorang suami yang membelikan hadiah sebuah baju untuk isteri tercintanya. Meskipun baju pemberiannya tidak berkenan di hati, namun isteri yang bijak akan menerima dengan senang hati. Dalam hal ini, isteri boleh berbohong bahawa pemberian suaminya adalah pemberian terbaik yang pernah ia dapatkan. Tujuannya tidak lain adalah agar suami merasa senang hati kerana pemberiannya diterima dengan baik.

3. Bohong semasa peperangan sebagai stratigi peperangan. Termasuk juga berbohong di benarkan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang terancam. Contohya, misalkan ada seseorang (sebut saja namanya fulan) hendak dibunuh oleh orang lain. Padahal kita tahu, orang tersebut tidak bersalah apa-apa. Si fulan meminta perlindungan kepada kita agar dirinya diselamatkan. Dan kita pun akhirnya mahu menyembunyikannya. Setelah itu, datanglah orang yang bermaksud membunuh si fulan kepada kita. Tujuannya bertanya kepada kita untuk mencari di mana si fulan tersebut. Maka pada saat ini, kita boleh berbohong demi kebaikan agar nyawa si fulan terselamatkan.

Sunday, June 21, 2015

Tazkirah & Soal Jawab Agama Siri 29 ( Kelebihan Mengucap Kalimah Syahadah, Isteri Mukminah, Cara-cara Solat Tahajud, Motivasi Dan Berpoligami)

Soalan no. 141. Assalamualaikum ustaz, boleh tak saya mengucap 2 kalimah syahadah setiap kali lepas solat fardhu atau sebelum tidur, sbb nabi Muhammad SAW pernah berkata nak elak syirik kena bnyakkan mengucap syahadah...

-Muhammad Shahrul Anas.

Jawapan :


Waalakaumussalam Muhammad Shahrul Anas :  Amalan yang baik kerana sentiasa memperbaharui syahadah.Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud : “Aku bersaksi bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan bahawasanya aku adalah rasul Allah. Tidaklah seorang hamba yang bertemu Allah dengan dua kalimah ini tanpa sebarang syak melainkan akan masuk syurga.” (Hadis Riwayat Muslim)

Sabda baginda lagi dalam hadis yang lain yang bermaksud:
“Barangsiapa yang bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan ba­hawa Muhammad adalah utusan Allah, nescaya Allah haramkan ke atasnya neraka.” (Hadis Riwayat Muslim)

Rasulullah SAW telah meletakkan syarat bagi mencapal kelebihan kalimah mulia ini mestilah dengan ilmu. Sabda Nabi SAW dalam hadis riwayat Muslim, yang bermaksud : “Barangsiapa mati dalam keadaan dia mengetahui bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah, nescaya dia masuk syurga.”

Kedua-duanya boleh di ucapkan dan di amalkan. Dan tak perlu mengangkat jari telunjuk bila kita memperbaharui syahadah kita kecuali ketika solat sahaja di sunatkan kita gerakkan jari telunjuk kita.


Soalan no. 142. Assalamualikum, ustaz apa makna isteri mukminah?.Macamana pula sifat-sifat suami yang dapat membantu isteri di akhirat?

- Ruzimah Chekros



Jawapan :

Waalakauamussalam Ruzimah Chekros : Isteri mukminah adalah isteri yang solehah yang mampu membantu suaminya bukan saja urusan dunia tetapi urusan akhirat. Maksud urusan akhirat adalah :

1. Isteri sentiasa mengingatkan suaminya supaya taat pada Allah SWT, dan meninggalkan dosa dan maksiat,

2. Mengajak suaminya mendalami ilmu yang bermanfaat di masjid,

3. Jika dia bangun solat tahajud dia gerakkan suaminya untuk solat tahajud bersama (salah satu ciri ahli syurga adalah suka solat malam).

4. Apabila isteri menutup aurat yang sempurna, menjaga akhlaknya, menambahkan ilmu pengetahunnya mendidik anak-anaknya dengan didikan islam ini adalah kerja-kerja untuk membantu suaminya untuk akhirat kerana mungkin suaminya kesuntukan masa nak didik dirinya dan anak-anaknya.

Suami pula dia perlu membantu isterinya untuk akhirat :

1. Pastikan isterinya menutup aurat dengan sempurna,

2. Menjaga akhlak isterinya supaya tak bebas bergaul dengan lelaki yang bukan mahram,

3. Sentiasa mendidik dan menasihati isterinya supaya mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

4. Suami yang baik tidak akan membiarkan isterinya melakukan dosa kerana dia juga akan mendapat tempias dosa yang di buat oleh isterinya.

5. Jika suami bangun solat tahajud maka renjis air ke muka isteri supaya isteri juga dapat solat tahajud bersama di malam yang gelap gelita berdoa dan mohon ampun kepada Allah SWT.

Banyak cara isteri boleh membantu arwah suaminya :

1. Berdoa setiap lepas solat supaya Allah SWT mengampunkan semua dosa arwah suaminya. dan di tempatkan di taman-taman syurga.

2. Ampunkan semua kesalahan arwah suami semasa hidup dahulu suami ada menyakiti hati isterinya tanpa di sedari, jika suami mengabaikan tanggungjawab ampunkan saja supaya tak di tuntut nanti di makhamah Allah SWT.

3. Jika ada nafkah yang pernah di abaikan semunya akan di hisab, maka suami akan terlepas jika isteri memaafkannya.

4. Sedekahkan pahala bacaan al-Quran niatkan untuk arwah suaminya

5. Jika ada wang lebih infakkan di jalan Allah atau sedekah jariah niatkan untuk suaminya maka pahala sedekah tersebut akan sampai kepada suaminya.

6. Jika suami ada meninggalkan puasa maka bayarkan fidyah suaminya sehari di sedekahkan beras sebanyak 0.675 kg beras. (untuk 1 hari puasa yang di tinggalkan)

7. jika arwah suaminya ada hutang sesama manusia maka selesaikan hutang suaminya.



Soalan no. 143. Assalamualaikum ustaz saya ada bebrapa hal yg ingin saya tanyakan,mengenai solat tahajud.

1. Bolehkah jika solat tahajud hanya 2 rakaat dan tanpa wiitir?

2. Apa boleh solat tahajud tanpa tidur dulu ?

3. Tolong jelaskan pada saya tata cara solat tahajud yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah? Mohon pencerahannya ustaz,

- Adhien Al Ayubi.

Jawapan:


Waalakauamussalam Adhien Al Ayubi jika kita sudah kerjakan witir sebelum tidur maka apabila kita bangun mengerjakan solat tahajud 2 rakaat maka tak perlu witir lagi kerana solat witir hanya ada sekali saja pada waktu malam. Tetapi apabila kita belum kerjakan witir dan kita bangun tahajud dalam 1/3 akhir malam maka di sunatkan kita tutup dengan witir 1 rakaat. Jika tak buat witir rugilah kerana amalan ini adalah sunah yang tak pernah di tinggalkan oleh Nabi SAW.

 2. Maksud tahajud adalah bagun daripada tidur, jika belum tidur itu bukan solat tahajud, itu solat malam sahaja. Selain daripada solat tahajud di waktu malam boleh di kerjakan solat sunat tanpa tidur iaitu solat witir, hajat, taubat, istikharah, tasbih dan solat mutlak yang lain seperti solat wuduk.

3. “Tahajud” bermaksud bangun dari tidur pada waktu tengah malam. Solat tahajud boleh dikerjakan di permulaan, pertengahan atau penghabisan malam, asalkan sesudah menunaikan solat Isyak. Akan tetapi sebaik-baik waktu melakukannya ialah sepertiga malam yang terakhir. Sekurang-kurangnya solat tahajud dikerjakan dua rekaat.

1. Berdoa Sebelum Memulakan Solat Tahajud.

Dari Ibnu Abbas r.a : Apabila Rasulullah SAW bangun tengah malam hendak solat tahajjud, Nabi SAW membaca :

"Wahai Allah.. Untuk-Mulah segala puji. Engkau penanggung langit dan bumi beserta isinya. Untuk-Mulah segala puji.

Penguasa langit dan bumi dan segala isinya. Untuk-Mulah segala puji ;

Cahaya langit dan bumi. Untuk-Mulah segala puji.

Engkau Maha Benar, janji-Mu Maha Benar, menemui Engkau (di akhirat) Maha Benar, syurga Maha Benar, neraka Maha Benar,

Para Nabi Maha Benar dan Muhammad Sallallaahu ‘Alaihi Wassalam Maha Benar dan hari kiamat Maha Benar.

Wahai Allah..Aku pasrah kepada-Mu dan dengan Engkau aku beriman, kepada Engkau aku menyerah dan kepada Engkau aku kembali; dan kerana (mempertahankan agama) Engkau aku bermusuhan dan kepada Engkau aku meminta hukum.

Oleh itu ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu dan terakhir, ampunilah apa yang ku rahsiakan mahupun yang ku nyatakan.

Engkaulah yang mendahulukan dan yang mengemudiankan, tidak ada Tuhan melainkan hanya Engkau dan tidak ada daya dan kekuatan melainkan di tangan Engkau ).".

(Hadis Sahih Riwayat Bukhari no. 0581)

2. Bangun Di Waktu 1/3 Akhir Malam.

Diberitakan oleh Abu Hurairah r.a : Rasulullah SAW bersabda, “Allah Tabaaraka Wa Ta’aala (Allah yang Maha Suci lagi Tinggi) turun ke langit dunia pada sepertiga yang akhir di setiap malam.
Dia (Allah) berfirman : ‘Barangsiapa berdoa kepada-Ku akan Ku perkenankan doanya. Barangsiapa meminta kepada-Ku akan Ku beri dia. Siapa yang minta ampun, akan Ku ampuni dia.”
(Hadis Sahih Riwayat Bukhari no. 0602)

3. Kebaikan Tahajud Menurut Al-Quran.

Firman Allah SWT maksudnya : “Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah “solat Tahajjud” padanya, sebagai solat tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji”. (Surah al-Israa’ ayat 79)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah ditempatkan di dalam beberapa taman syurga, dengan matair-matair terpancar padanya. (Keadaan mereka di sana) sentiasa menerima nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka di dunia dahulu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun)”. (Surah al-Dzaariyaat ayat15-18)

JUMLAH RAKAAT SOLAT TAHAJJUD

Secara umumnya solat Tahajjud ini boleh dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat dan ianya tidak mempunyai batasan jumlah rakaat yang maksimum. Malah ianya juga boleh dilaksanakan dengan hanya satu rakaat solat sunat witir.

Daripada ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu’ anhuma, dia berkata:


إِنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ صَلاَةُ اللَّيْلِ.

قَالَ: مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ.

Maksudnya: Sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, bagaimanakah solat malam? Baginda bersabda: Dua-dua (rakaat), apabila engkau khuatir (masuk waktu subuh), maka laksanakan solat witir satu rakaat. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1137.)

Namun begitu jumlah rakaat yang paling utama adalah dengan tidak melebihkannya dari sebelas atau tiga belas rakaat kerana jumlah ini adalah sebagaimana yang kebiasaannya dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Daripada ‘Aishah radhiallahu’ anha, dia berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي بِاللَّيْلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْهَا بِوَاحِدَةٍ.

Maksudnya: Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam solat malam pada waktu setelah selesai Isyak sampai terbit fajar sebanyak sebelas rakaat dengan salam setiap selesai dua rakaat, lalu berwitir dengan satu rakaat. (Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 736.)



Soalan no. 144. Assalamualaikum terima kaseh sudi approved saya, saya ni jahil dengan ajaran Allah ..sentiasa ingkar dengan laranganNya..Layakkah saya memiliki syurga Allah? sekarang saya ingin mencari jalan untuk ke jalan Allah.. tanpa bimbingan sesiapa..

- ArMel Batriesya

Jawapan :


Waalakaaumussalam ArMel Batriesya :  Kita masuk syurga Allah SWT bukan kerana amal ibadah kita, tetapi kita masuk syurga kerana rahmat Allah SWT. Tetapi untuk mendapat rahmat Allah SWT kita perlu melakuakn beberapa suruhan Allah SWT.Sabda Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a maksudnya :"Ketika Allah SWT menentukan takdir makhluk-Nya , Dia menuliskan di dalam kitab-Nya di atas Arasy : 'Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan (mengatasi) Marah-Ku'. " (Hadis Muttafaqun 'Alaih , Bukhari dan Muslim )

Dari Jabir, ia berkata: Saya pernah mendengar Nabi SAW. bersabda maksudnya : "Amal saleh seseorang diantara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam syurga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah." (Hadis Riwayat Muslim)

Allah SWT yang Maha Pemurah memberikan rezeki kepada semua makhluknya yang hidup di dunia ini samaada mereka orang beriman atau orang yang tidak beriman dikalangan manusia dan jin . Tetapi Allah SWT memberi dengan penuh kasih sayang dan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Sesungguhnya rahmat-Nya mengatasi kemurkaan-Nya.

Berdasarkan hadis tersebut masuknya kita ke dalam syurga Allah SWT. adalah disebabkan dengan rahmat Allah bukan dengan amalan yang kita laksanakan. Walaubagaimana pun untuk mendapatkan rahmat Allah SWT perlulah kepada lima syarat.

Syarat-syarat tersebut adalah seperti berikut :

Pertama : Tidak melakukan syirik kepada Allah SWT.

Dosa yang paling besar disisi Allah SWT. adalah syirik kepada-Nya. Syirik besar (akbar) adalah menyakutukan Allah SWT dengan makhluk ciptaan-Nya.

Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Surah an-Nisa ayat 48)

Firman Allah SWT yang bermaksud :"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Surah al-An'aam ayat 82)

Para sahabat Rasulullah keberatan dengan ayat ini, dan bertanya kepada baginda, "Hai Rsulullah, siapa orang yang tidak menzalimi dirinya sendiri?". Maka, baginda menjawab,"Maksud ayat ini bukan begitu, tetapi maksudnya adalah syirik. Bukankah kalian mendengar nasihat Luqman kepad anaknya, "Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah kerana sesungguhnya perbuatannya ini adalah dosa (kezaliman) besar."(Hadis Riwayat Muttafaq alaih).

Kedua : Sentiasa berzikir dan menjaga hubungan hati dengan Allah.

Allah Yang Maha Besar selalu mengingatkan kita di dalam kitab-Nya Al-Quran Al-Karim supaya sentiasa berzikir seperti berikut:“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang, dan pada sebahagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya dan bertasbihlah kepadaNya pada bahagian yang panjang di malam hari.” ( Surah al-Insan ayat 25- 26)

Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”(Surah Al A’raf, Ayat 205)

Dari Abu Hurairah r.a: Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT berfirman maksudnya : "Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya seperti berlari-lari anak."(Hadis Riwayat Bukhari, Tirmizi dan Ibn Majah)

Allah SWT cinta dan kasih kepada hamba-hamba-Nya yang sentiasa basahkan lidah dengan berzikir dan mengingati-Nya setiap hari.

Ketiga : Sentiasa bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman yang bermaksud, " Sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (Surah Al-Baqarah ayat 222)

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud :"Barangsiapa melazimi meminta ampun kepada Allah, nescaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan dan menjadikan baginya jalan lapang dari setiap kesusahan serta Allah memberi rezeki kepadanya dari punca yang tidak disangka-sangka." (Hadis Riwayat Bukhari)

Sabda Rasulullah SAW. yang bermaksud :“Sesungguhnya syaitan itu berkata kepada Allah : ‘Demi Izzah-Mu ya Allah, aku tidak akan berhenti menggoda hamba-hamba-Mu selama nyawa-nyawa mereka masih ada dalam jasad-jasad mereka. Maka Allah SWT. menjawab. ‘Demi Izzah-Ku dan keagongan-Ku, Aku akan mengampuni mereka selama mereka beristighfar memohon ampun kepada-Ku.”(Hadis Riwayat Imam Ahmad dan Al-Hakim)

Keempat : Sentiasa mengikhlaskan beribadah kepada-Nya.

Dalam satu hadis qudsi Allah SWT berfirman yang bermaksud:“Ikhlas adalah satu rahsia dalam rahsia-rahsia-Ku. Aku titiskan ia dalam hati hamba-hambaku yang Aku mangasihinya” (Hadis Riwayat Abu Hasan Al Basri)

Kerana ikhlas satu rahsia Allah tentu tidak mungkin kita dapat mengetahui siapa yang ikhlas dan siapa yang tidak. Malah diri kita sendiri pun mungkin kadang-kadang susah untuk dipastikan apakah amalan kita itu ikhlas atau sebaliknya.

Dihari akhirat Allah SWT tidak akan menerima amalan yang dilakukan tidak ikhlas iaitu kerana riak dan mencari habuan dunia.Walaupun ikhlas adalah rahsia Allah SWT namun Islam membuat satu garis panduan unutk mengukur hati kita dan membentuknya supaya benar-benar ikhlas. Di antara tanda-tanda ikhlas dalam satu amalan apabila orang memuji atau mencaci amalan kita, kita rasa sama saja. Pujian tidak membanggakan kita dan kejian tidak menyusahkan. Itulah tanda ikhlas. Maknanya amalan itu betul-betul dibuat kerana Allah. Kerana itu kalau manusia cerca, caci atau hina, hati pun tidak cacat, tidak timbul perasaan marah, dendam atau ingin membela diri atau melawan orang yang menghina itu.

Firman Allah SWT maksudnya :"Dan tiadalah mereka disuruh melainkan supaya menyembah Allah serta mengikhlaskan agama kepadanya." (Surah Al-Bayyinah ayat 5)

Al-Imam Fudail bin ‘Iyyad katanya: “Meninggalkan amal kerana manusia itu adalah riak. Beramal kerana manusia itu adalah syirik. Adapun ikhlas ialah Allah menyelamatkan kamu daripada keduanya.”

Kelima : Melakukan ketaatan kepada Allah SWT dan mengerjakan amal soleh.

Apabila seseorang menjaga agamanya, memelihara tanggungjawabnya sebagaimana dititah perintahkan Allah kepadanya, maka dia akan merasa betapa Allah bersama dengannya semua urusannya.

Firman Allah SWT. yang bermaksud :“Masuklah kamu ke dalam syurga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (amal soleh).”(Surah An-Nahl ayat 32)

Firman Allah SWT. yang bermaksud :"Itulah syurga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.”(Surah Al-A’raaf ayat 43)

Dari Abu Hurairah r.a bahawasanya Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :"Bersegeralah kalian untuk berbuat amal soleh, kerana akan muncul berbagai fitnah seperti penggalan-penggalan malam yang gelap-gulita, ada orang yang paginya beriman, petangnya kafir. Ada yang petangnya beriman, paginya kafir. Ia jual agamanya dengan barang perhiasan dunia."(Hadis Riwayat Muslim)

Apabila kita telah melaksanakan lima perkara yang tersebut di atas maka barulah kita layak mendapat rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Mereka yang hidup di dunia ini bergelumang dengan maksiat, melakukan dosa , melanggar hukum-hukum Allah , bersikap sombong, riak dan takbur tidak mungkin akan mendapat reda , kasih sayang dan rahmat Allah SWT.



Soalan no. 145. Assalamualaikum .. alhamdulillah..
Ustaz , saya ingin bertanya.. ada yang mengatakan bahawa..
Jika seseorang isteri memberikan suaminya berkahwin lagi... ada yang mengatakan isteri itu akan mendapat payung emas di syurga...
Persoalannya.. apakah ada hadis sahih.. atau pun.. adakah ia ada terkandung di dlm Al Quran ? Boleh kah ustaz menerangkannya.. dan nanti saya boleh share kepada kawan-kawan.sekian
Terima kasih.. ustaz

- Hunny Muhd Salleh.

Jawapan :


Waalakauamussalam Hunny Muhd Salleh : Tidak ada hadis sahih menyatakan isteri yang membenarkan suaminya berpoligami akan mendapat payung emas, tetapi secara umumnya besar pahalanya jika seorang isteri membenarkan suaminya berpoligami kerana dapat membantu wanita lain yang memerlukan seorang suami yang dapat menjadi tempat berlindung. Jika isteri pertama sanggup bantu membantu dan tolong menolong terhadap madunya dan tidak menyusahkan suaminya maka rahmat Allah SWT akan di berikan kepadanya dan keluarga tersebut.



Hikmah Berpoligami : 


Jika dikaji beberapa hadis-hadis Nabi SAW bolehlah kita menceduk hikmah berpoligami menurut kacamata Islam.

Rasulullah SAW pernah menggambarkan kegembiraan baginda di akhirat dengan bilangan umatnya yang ramai hasil daripada perkahwinan berlangsung di kalangan umatnya.
Sabda Nabi SAW bermaksud: "Nabi SAW menyuruh kami supaya berkahwin dan melarang kami membujang. Larangan itu beliau tekankan dengan cukup keras dengan bersabda: "Nikahilah wanita yang subur dan penyayang, kerana aku berasa bangga melihat umatku yang ramai pada hari kiamat kelak." (Hadis Riwayat Ahmad)

Ini menjelaskan kepada kita bahawa berkahwin adalah satu cara untuk mendapatkan keturunan. Berkahwin seorang tidak sama dengan berkahwin 2,3, atau 4 darisegi bilangan umat baginda di hari akhirat. Semakin ramai seseorang berkahwin secara logiknya maka akan bertambah ramai ahli keluarganya sebagai umat Rasulullah SAW.

Mengikut sirah sahabat-sahabat Rasulullah SAW ramai yang berpoligami adalah bertujuan untuk meramaikan umat Islam dihari akhirat nanti seperti saranan baginda. Maksudnya keturunannya akan ramai bersambung menyambung hingga ke hari kiamat. Jika seorang berkahwin dua maka ada dua saluran keturunannya hingga kehari kiamat begitu juga jika berpoligami empat isteri dia akan memiliki empat saluran keturunan yang bersambung sehingga kehari kiamat. Jika ada dikalangan ahli keluarganya yang ramai itu dapat memasuki syurga maka mereka boleh saling bantu membantu memberi syafaat di antara satu sama lain. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh mereka yang berkahwin seorang sahaja.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “…Seorang lelaki jika dia mampu dengan harta, badan (tenaga) dan hukumnya (bersikap adil), maka lebih utama baginya untuk menikahi dua sampai empat orang wanita jika dia mampu. Dia mampu dengan fizikalnya (tenaga batin) sehingga dia mampu menunaikan hak yang khusus bagi isteri-isterinya. Dia juga mampu dengan hartanya sehingga dia boleh  memberi nafkah yang layak bagi isteri-isterinya. Dan dia mampu pula dengan bersikap adil di antara mereka. Kalau dia mampu seperti ini maka hendaknya dia menikah (dengan lebih dari seorang wanita), semakin banyak wanita yang dinikahinya  maka itu lebih utama.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Orang yang terbaik di umat ini adalah yang paling banyak isterinya."(tidak lebih daripada 4 isteri)

Seorang yang soleh dan bertakwa boleh memberi syafaat kepada ahli keluarganya yang lain. Sabda Rasulullah SAW maksudnya : "Barangsiapa membaca Al Quran dan mengamalkannya, menghalalkannya yang halal dan mengharamkan yang haram maka Allah memasukkannya ke dalam syurga dan dia boleh memberi syafaat 10 orang keluarganya yang sudah pasti masuk neraka." (Hadis Riwayat Tarmizi)

Nabi Adam a.s adalah seorang nabi yang mempunyai keluarga yang cukup besar iaitu semua umat manusia akan menjadi keluarganya yang besar bermula daripada anak-anaknya hingga manusia yang hidup semasa berlakunya hari kiamat.
Firman Allah SWT maksudnya :" Dan orang-orang yang beriman yang diturut oleh zuriat keturunannya dengan keadaan beriman, Kami hubungkan (himpunkan) zuriat keturunannya itu dengan mereka (di dalam syurga); dan Kami (dengan itu) tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka; tiap-tiap seorang manusia terikat dengan amal yang dikerjakannya." (Surah al-Tur ayat 21)

Ayat di atas secara jelas menjelaskan bahawa Allah SWT akan pertemukan diantara bapa dan anak cucu dan cicitnya dan keturunannya di akhirat kelak. Orang-orang yang beriman akan ditempatkan di dalam syurga bersama dengan keluarga dan keturunan mereka sebagai salah satu bentuk nikmat dan hiburan kepada mereka.

Bahkan Allah akan mengangkat darjat ibu bapa yang soleh kerana doa anak-anak mereka dan doa cucu-cicit dan keturunan mereka begitu juga meninggikan darjat anak- cucu disebabkan amal soleh  ibu bapa (Tafsir Ibn Kathir)). Menurut Imam al-Razi, ayat ini juga menjadi bukti bahawa kasih sayang ibu bapa yang beriman berterusan sehingga ke akhirat (Tafsir al-Razi).
Walaubagaimanapun nikmat ini hanya dikhususkan kepada ibu bapa dan anak cucu yang sama-sama beriman dan mati di dalam iman sahaja.
Di syurga seorang lelaki yang mempunyai seorang isteri akan memiliki seorang ketua bidadari dan 72 orang bidadari.

Nabi SAW bersabda maksudnya : "Setiap lelaki yang masuk syurga akan diberi 72 bidadari; tidak peduli pada umur berapa dia mati, ketika dia masuk syurga dia akan menjadi seorang berumur 30 tahun dan tidak akan tambah tua. Lelaki di syurga akan diberi keperkasaan yang sama dengan keperkasaan seratus orang lelaki." (Hadis Riwayat Tirmizi)

Bagi lelaki yang mempunyai 4 orang isteri dia akan memiliki 4 orang ketua bidadari dan 72 bidadari untuk setiap isteri-isterinya.

Keseronokan disyurga bukan sahaja memiliki ketua bidadari dan bidadari-bidadari tetapi keseronokkan juga kerana mempunyai keturunan yang ramai dan ini akan lebih menambahkan kenikmatan berkomunikasi dan berinteraksi dan berhibur sesama keturunan mereka.

Sahabat yang dikasihi,
Pahala yang besar juga akan diperolehi kepada orang mukmin yang berpoligami semata-mata kerana Allah SWT, berhajat mendidik isteri-isterinya menjadi isteri yang solehah dan berhajat memiliki keturunan yang besar dan beriman  yang akan dapat saling memberi syafaat dan tolong menolong di hari akhirat nanti.

Amat malang bagi seorang lelaki yang berkahwin seorang isteri tetapi isterinya tidak menutup aurat, berhias untuk lelaki lain dan sering tidak mensyukuri rezeki suaminya dan hanya mementingkan kepentingan duniawi semata-mata. Anak-anaknya pula tidak soleh dan solehah kerana tidak ada didikan agama daripada seorang ayah dan ibu.

Wanita yang solehah yang memahami bahawa haknya tidak akan berkurangan di hari akhirat nanti jika suaminya berpoligami semasa di dunia dan kerana anak-anak daripada isteri-isteri yang lain jika beriman dan bertakwa dan dipilih memasuki syurga akan dapat memberi syafaat dan membantu ahli keluarganya yang lain termasuk ibu-ibu tirinya untuk memasuki syurga. Keistimewaan ini tidak dimiliki wanita yang bujang tak mahu berkahwin atau wanita yang tidak membenarkan suaminya berpoligami walaupun berkemampuan.

Berpoligami banyak terdapat kemaslahatan/kebaikan yang agung bagi kaum lelaki maupun wanita, bahkan bagi seluruh umat Islam. Sebab dengan poligami akan memudahkan bagi lelaki maupun wanita untuk menundukkan pandangan, menjaga kemaluan (kesucian), memperbanyak (jumlah) keturunan di dunia dan akhirat, dan memudahkan bagi lelaki untuk memimpin beberapa orang wanita dan membimbing mereka kepada kebaikan, serta menjaga mereka dari sebab-sebab keburukan dan penyimpangan.

Hikmah berpoligami ini adalah menjadi amalan sahabat-sahabat Rasulullah SAW kerana sebahagian besar sahabat-sahabat berpoligami dan sebahagian kecil saja yang tidak berpoligami. Amalan ini juga diamalkan oleh ulama-ulama Islam dan orang-orang soleh sepanjang sejarah.

Akhirkata sebelum kalian ingin berpoligami pastikan kalian mempunyai kemampuan dari segi nafkah zahir dan batin dan mampu berlaku adil kepada isteri-isteri kalian, perlu diingat kalian akan jalan tempang sebelah kaki dihari akhirat nanti jika kalian tidak dapat berlaku adil, kerana sifat adil adalah paling hampir dengan sifat takwa.

Tetapi jika kalian berpoligami menurut syariat Islam dan kalian terdiri daripada orang yang bertakwa maka kalian akan memasuki syurga yang penuh kenikmatan dan berbahagia bersama-sama isteri-isteri kalian (ketua bidadari) dan bidadari-bidadari bermata jeli dan keturunan kalian di syurga nanti. Waullahualam.

Tazkirah & Soal Jawab Agama Siri 28 (Hukum Makan Ikan Masin, Berpoligami Cara Rahsia, Cara Melamar Ibu Tunggal, Sedekah Al-Fatihah dan Sura Yasin Untuk Arwah Ibu Bapa Dan Hukum Menggunakan Kad Kredit Konvesional)

Soalan no. 136. Assalamualikum, ustaz minta pencerahannya :

1. Apakah hukum memakan ikan masin di perap tanpa di buang isi perutnya?

2. Telor masin yang di perap hitam?

-Esya Eisya

Jawapan : 

Waalakaaumussalam Esya Eisya Soalan ini pernah di jawab oleh Ustaz Dr. Zaharuddin bin Abd Rahman bahawa perut ikan tidak najis . Huraian beliau : "Islam berada di antara suatu faham kebebasan soal makanan dan extrimis dalam soal larangan. Oleh karena itu Islam kemudian mengumandangkan kepada segenap umat manusia dengan mengatakan:

"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)

Selanjutnya mengumandangkan seruannya kepada orang-orang mu'min secara khusus.

Firman Allah SWT : "Hai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa-apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta bersyukurlah kepada Allah kalau betul-betul kamu berbakti kepadaNya. Allah hanya mengharamkan kepadamu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidaklah berdosa baginya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih." (Surah al-Baqarah ayat 172-173)

Point : Perut ikan tak termasuk dalam bab bangkai yang diharamkan dan jikalau ia mempunyai najis, ia adalah terhasil dari makanan ikan yang juga harus, justeru ia adalah harus di makan (bagi sesiapa yang nak makan le).

Makanan kedua yang diharamkan ialah darah yang mengalir. Ibnu Abbas pernah ditanya tentang limpa (thihal), maka jawab beliau: Makanlah! Orang-orang kemudian berkata: Itu kan darah. Maka jawab Ibnu Abbas: Darah yang diharamkan atas kamu hanyalah darah yang mengalir.

Maka perut ikan dan najisnya juga tak termasuk dalam bab ini.

Rasulullah SAW. ketika ditanya tentang masalah air laut, baginda menjawab: "Laut itu airnya suci dan bangkainya halal." (Hadis Riwayat Ahmad dan ahli sunnah)

Dan firman Allah yang bermaksud, "Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanannya." (Surah al-Maidah ayat 96)

Umar r.a berkata: Yang dimaksud shaiduhu, iaitu semua binatang yang diburu; sedang yang dimaksud tha'amuhu (makanannya), iaitu barang yang dicarinya.

Dan kata Ibnu Abbas pula, bahawa yang dimaksud ‘thaamuhu', iaitu bangkainya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah diceriterakan, bahwa Rasulullah SAW. pernah mengirimkan suatu angkatan, kemudian mereka itu mendapatkan seekor ikan besar yang sudah menjadi bangkai. lkan itu kemudian dimakannya selama 20 hari lebih. Setelah mereka tiba di Madinah, diceriterakanlah hal tersebut kepada Nabi, maka jawab Nabi:

"Makanlah rezeki yang telah Allah keluarkan untuk kamu itu, berilah aku kalau kamu ada sisa. Lantas salah seorang diantara mereka ada yang memberinya sedikit. Kemudian Nabi memakannya." (Hadis Riwayat Bukhari)

Tiada pun diarahkan oleh Nabi untuk membuang perut atau najis ikan itu terlebih dahulu.

Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi Menyebut (Al-Halal wal Haram Fil Islam) :

Binatang laut iaitu semua binatang yang hidupnya di dalam air.
Binatang ini semua halal, didapat dalam keadaan bagaimanapun, apakah waktu diambilnya itu masih dalam keadaan hidup ataupun sudah bangkai, terapung atau tidak. Binatang-binatang tersebut berupa ikan ataupun yang lain..

Bagi yang mengambilnya tidak lagi perlu diperbincangkan, apakah dia seorang muslim ataupun orang kafir. Dalam hal ini Allah memberikan keluasaan kepada hamba-hambaNya dengan memberikan perkenan (mubah) untuk makan semua binatang laut, tidak ada satupun yang diharamkan dan tidak ada satupun persyaratan untuk menyembelihnya seperti yang berlaku pada binatang lainnya. Bahkan Allah menyerahkan bulat-bulat kepada manusia untuk mengambil dan menjadikannya sebagai modal kekayaan menurut keperluannya dengan usaha semaksima mungkin untuk tidak menyiksanya.

Firman Allah SWT maksudnya : "Dialah Zat yang memudahkan laut supaya kamu makan daripadanya daging yang lembut." (Surah an-Nahl ayat 14)

"Dihalalkan buat kamu binatang buruan laut dan makanannya sebagai perbekalan buat kamu dan untuk orang-orang yang belayar." (Surah al-Maidah ayat 96)

KESIMPULAN :

DARI SUDUT HUKUM, PERUT IKAN MALAH NAJISNYA ADALAH PERKARA YANG DIDIAMKAN HUKUMNYA OLEH ALLAH DAN RASULNYA, Natijahnya, hukumnya akan mengikuti hukum dagingnya sebagaimana dalil di atas, iaitu harus untuk dimakan bersekali dengan dagingnya.

Bagaimanapun, jika adat dan sains mendapati ianya tidak baik untuk kesihatan manakala adat mendapatinya sebagai kotor dan kurang elok. Maka adalah baik untuk menjauhinya. Kepala ikan pun sebenarnya nampak macam kotor dan mengerikan, tapi ramai orang suka makan kari kepala ikan, cuma saya belum pernah dengar kari perut ikan sahaja.

Justeru itu, dalam bab perut dan najis ikan bilis, ia isu yang sangat kecil dan ia adalah harus, siapa nak buang pun tiada masalah, siapa yang termakan atau memang nak makan pun tiada masalah. Wallahu a'lam

(Ustaz Dr Zaharuddin bin Abd Rahman).

Haiwan yang halal dimakan seperti haiwan laut seperti ikan maka hukumnya :

1. Menurut mazhab Syafi'i hukumnya perut ikan tersebut najis, kecuali pendapat sebagian kecil ulama mazhab Syafi'i yang mengatakan suci.

2. Menurut ulama mazhab yang lain seperti mazhab Hanbali, Maliki dan Hanafi, hukumnya suci.

Oleh itu ikan yang direbus bersama isi perutnya atau ikan kering di jemur bersama perutnya menurut mazhab Syafie najis dan ikan rebus tersebut tak halal di makan tetapi menurut majoriti ulama di dalam mazhab Maliki, Hanafi dan Hanbali adalah suci dan ikan rebus tersebut hukumnya halal dimakan termasuk ikan kering yang di jemur bersama perutnya.


Soalan no. 137. Assalam Ustaz,saya nak tanya satu soalan,adik ipar saya janda,dia bercadang nak berkahwin dengan suami orang. Lelaki tersebut nak perkahwinan ini di rahsiakan dari kaum keluarganya termasuk isterinya.

Bolehkah mereka berkahwin tanpa pengetahuan keluarga lelaki?


Kalau boleh,bolehkah mereka berkahwin d mana-mana  pejabat agama di Malaysia?


Siapakah wali yg sebaiknya untuk janda ini? Mohon penjelasan Ustaz.

- Zafaridah Zakaria.

Jawapan :


Waalakauamussalam Zafaridah Zakaria perkahwinan yang di rahsiakan ini akan mendatangkan banyak risiko kerana seorang suami perlu berlaku adil kepaad isteri-isterinya, nafkah perlu di berikan dengan cara yang adil dan kesan jangka panjang menyukarkan pembahagiaan harta secara faraid jika berlaku kematian si suami.

Suami akan hidup menipu saja kepada isteri pertama kerana pergi ke rumah isteri kedua. Jika bernikah di Thailand jika sah sekali pun jika tak berdaftar akan mendatangkan masalaah besar jika berlaku perceraian, di antara pasangan dan menyukarkan pendaftaran kelahiran anak daripada isteri kedua. Wali si janda adalah bapanya jika tak ada lagi maka abang si janda tersebut boleh menjadi wali.

Bernikah untuk berpoligami akan melalui perbicaraan di mahkamah. Hakim akan soal siasat suami kenapa perlu berpoligami? dan sejauhmana kemampuan suami memberi nafkah kepada isteri-isterinya, dan isteri akan di minta datang perjumpaan tersebut dan meminta pandangannya.

Jika semuanya mengikut peraturan maka mahkamah akan meluluskan permohonan suami untuk berpoligami. Proses ini agak sukar sedikit kerana tindak balas isteri yang tak akan setuju di madukan. Cara yang mudah sedikit adalah bernikah di Thailand melalui Pejabat Agama di Thailand yang berdaftar dengan Pejabat Agama di Malaysia, selepas sah di ijab qabulkan maka terus buat pendaftaran di Malaysia .




Para Fuqaha sependapat bahawa wali tidak boleh enggan untuk menikahkan perempuan yang dalam kewaliannya, tidak boleh menyakitinya atau melarangnya berkahwin walhal pilihan perempuan itu memenuhi kehendak syarak.

Diriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar, ia berkata: "Saya mempunyai saudara perempuan . Ia dipinang oleh seorang pemuda yang mempunyai pertalian darah dengan saya. Saya kahwinkan perempuan itu dengan pemuda tersebut, kemudian diceraikan dengan talak yang boleh dirujuk. Perempuan itu ditinggalkan sampai habis eddahnya. Tidak berapa lama kemudian, pemuda itu datang lagi untuk meminang, maka saya jawab:"Demi Allah, saya tidak akan mengahwinkan engkau dengan dia selama-lamanya". Peristiwa ini disampaikan kepada Nabi saw. Berhubung dengan peristiwa ini, Allah swt menurunkan ayat Al-Quran :

"Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa eddahnya, maka janganlah kamu menghalangi mereka kahwin dengan bakal suaminya". (Al-Baqarah : 232)

Kemudian Ma'qil berkata: "Kemudian saya membayar kifarah sumpah dan perempuan itu saya kahwinkan dengan lelaki berkenaan". (Riwayat Al-Bukhari dan Abu Daud)

Dalam sebuah hadith yang lain dinyatakan:

"Ada tiga perkara yang tidak boleh ditanggungkan iaitu: solat bila telah datang waktunya, jenazah bila telah terlantar dan wanita janda yang telah bertemu jodohnya". (Riwayat At-Tirmizi dan Hakim)

Oleh yang demikian, perbuatan wali enggan menikahkan atau menghalang wanita nikah tanpa ada alasan syarak adalah dilarang dan dianggap satu tindakan yang zalim kepada wanita itu.

Menurut Jumhur Fuqaha (Syafi'e, Maliki dan Hambali) apabila wali aqrab enggan menikahkan pengantin perempuan, maka wali hakim lah yang menikahkannya. Rasulullah saw bersabda: "Kalau wali-wali itu enggan maka Sultan atau hakim menjadi wali bagi perempuan yang tidak mempunyai wali". (Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi)

Dalam kes Azizah bte Mat lawan Mat bin Salleh (1976, Jld. II, I JH) mengenai wali enggan di Mahkamah Kadi Perlis, Yang Arif Kadhi Mahmood bin Lebai Man (pada masa itu) memutuskan, perempuan itu berhak mendapat wali hakim untuk dia berkahwin dengan Mansor bin Isa dengan mas kahwin dan belanja yang tidak ditetapkan.

Fakta kes itu adalah seperti berikut: Seorang perempuan telah menuntut di Mahkamah Kadhi supaya ia dikahwinkan dengan Mansor bin Isa secara wali hakim kerana bapanya enggan mewalikannya dalam perkahwinan itu dengan mas kahwin sebanyak RM80.00 dan hantaran RM202.00 tunai.

Pihak bakal suami telah mencuba beberapa kali untuk meminang perempuan tetapi dihalang oleh bapa dengan alasan "Tunggulah dulu sehingga anak perempuannya mendapat pekerjaan". Bakal suami itu bekerja sebagai Pembantu Audit.

Kadhi ketika memutuskan kes itu menyatakan :

Berdasarkan kepada hukum syarak, apabila seseorang itu tidak mahu mewalikan nikah anaknya kerana enggan atau berselisihfaham, maka bolehlah dinikahkan perempuan itu oleh wali hakim dengan alasan:

Pertama: Daripada Aisyah r.a. Nabi saw bersabda:

"Jika mereka berselisih , maka Sultan atau Rajalah wali bagi orang yang tidak ada wali". (Riwayat Abu Daud, Ahmad dan At-Tirmizi)

Kedua: Rasulullah saw bersabda:

"Kalau datang kepadamu lelaki beragama dan berakhlak baik, maka nikahkanlah ia. Jika kamu tidak melakukannya nescaya akan terjadi fitnah dan kerosakan yang besar". (Riwayat At-Tirmizi)

Pandangan Kami

Menurut undang-undang Malaysia, kes wali enggan perlu dibawa ke mahkamah syariah untuk penyelesaian. Pada pandangan kami, ini adalah jalan penyelesaian yang baik jika ia tidak mengakibatkan hubungan anak dan ayah (dan mungkin juga ahli-ahli keluarga yang lain) menjadi kucar-kacir atau terus terputus.

Kami kira, tak ramai bapa yang sanggup menerima hakikat bahawa anak mereka sendiri sanggup menyeret mereka ke mahkamah. Sudah tentu kebanyakan bapa akan merasa teramat marah terhadap anaknya, dan ini memungkinkan hubungan anak dan ayah menjadi terputus.

Pada pandangan kami, menyeret bapa ke mahkamah disebabkan kes wali enggan, biarlah dielakkan seboleh-bolehnya, supaya anak tak dikatakan anak derhaka.

Halalkan Hubungan, Teruskan Perbincangan

Cara penyelesaian yang lebih baik (sekiranya tak sanggup memutuskan hubungan) ialah menghalalkan hubungan dengan berkahwin di Songkhla, supaya zina dapat dielakkan. Bila pulang ke Malaysia, teruskan usaha untuk memujuk wali.

Apa yang Perlu Dibawa ke Songkhla

Bagi mereka yang menghadapi masalah untuk nikah di Malaysia dan memilih untuk nikah di Songkhla, dokumen yang diperlukan adalah seperti berikut:

Kad pengenalan

Pasport atau Border Pass

Bagi janda, bawa surat cerai atau surat kematian suami yang asal

Selain dokumen di atas, bawa juga videocam (kamera atau fon) untuk merakamkan akad nikah. Video yang terhasil akan menjadi bukti penting dalam mahkamah syariah nanti

Prosedur Nikah

Dua hari bekerja (Isnin - Jumaat) diperlukan untuk nikah di Songkhla. Selepas dua hari ini, pasangan akan pulang ke Malaysia membawa

surat nikah (dapat pada hari pertama)

surat pengesahan nikah dari Majlis Agama Islam Songkhla (dapat pada hari pertama)

Surat pengesahan nikah dari Konsulat Malaysia di Songkhla (dapat pada hari kedua)

Konsulat Malaysia di Songkhla tutup pada hari Sabtu, Ahad dan hari-hari cuti am Malaysia. Mereka juga tutup pada sebahagian hari-hari cuti am Thailand.

Surat dari Konsulat adalah penting bagi pendaftaran nikah di Malaysia. Surat ini adalah pengesahan wakil Kerajaan Malaysia di Selatan Thailand bahawa nikah di Thailand itu adalah sah. Tanpa surat dari Konsulat, ada kemungkinan hakim mahkamah Syariah akan meminta bukti-bukti lain, termasuk meminta saksi-saksi hadir dalam mahkamah.

Pemilihan Tarikh Nikah

Pilih mana-mana tarikh yang difikirkan sesuai. Sekiranya menghadapi masalah untuk pergi ke Songkhla pada hari bekerja, atau sukar untuk bermalam di sana, sila hubungi kami melalui telefon 010-3658513 atau 017-328 5129. Insya Allah, ada penyelesaiannya.

(Dipetik dari JAKIM - Wali Enggan dan Wali Hakim)



Soalan no. 138. Assalamualaikum ustaz , saya ingin dan berminat dengan seorang ibu tunggal , setakat mana batas yg di benarkan oleh Islam untuk saya mengenali dan mendapat latarbelakang ibu tunggal tersebut , mohon jawapan drp ustaz tq

- Abu Bakar Ibrahim

Jawapan :


Waalakauamussalam Abu Bakar Ibrahim :  Jika wanita tersebut masa dalam iddah kematian suami saudara tak boleh melamarnya masa iddah kematian suami adalah 4 bulan 10 hari. Cara perjumpaan saudara dengan ibu tunggal tersebut masih tak menepati syarak kerana berjumpa tanpa ada bersama wanita tersebut mahramnya.

Cara tersebut boleh mendatangkan fitnah terutama ibu tunggal tersebut jika di lihat oleh kenalan beliau atau orang sekampungnya. Sebaik-baiknya jika berhajat jumpa keluarganya dan saudara datang bersama rakan saudara atau adik perempaun saudara supaya taaruf dan mengetahui latar belakang wanita tersebut dengan berbincang dengan ibu bapa atau mahramnya.

Hubungan melalui telefon atau fb di haruskan dengan niat untuk melamarnya dengan menjaga batas-batas percakapan dan adab-adab pergaulan. Islam melarang jika berlaku perhubungan masing-masing mencurahkan perasaan masing-masing, jaga hati, perasaan dan emosi kerana jika berlebihan boleh mendatangkan mudharat atau dosa di sisi Allah SWT.



Soalan no. 139. Assalamualakum ustaz..saya ingin menanyakan satu soalan..
apabila kita sering sedekahkan al - fatihah dan bacaan yassin bagi mereka yang telah meninggal dunia..adakah mereka tidak diseksa ?
mohon penjelasan daripada ustaz..
terima kasih..

- Nurdalilah leyla.

Jawapan :


Waalakauamussalam Nurdalilah Ieyla bacaan al-Quran di hadiahkan kepada arwah yang berada di alam barzakh hanya membantu sahaja bukanlah amalan ini dapat menyelamatkan si mati yang berada di alam barzakh.

Amalan yang dapat menyelamatkan si mati daripada seksaan kubur adalah amalan-amalan nya yang di lakukan semasa di dunia iaitu amal ibadah, amal soleh, amal kebajikan, sedekah, solat tahajud, bacaan al-Quran, puasa, tidak menzalimi sesama manusia, tidak mengambil hak orang lain dan sentiasa berjihad , melakukan amal makruf nahi mugkar dan meninggalkan maksiat.

amal-amal soleh inilah yang akan membantu dan melindungi si mati daripada seksaan di alam barzakh dan akan mendapat keistimewaan tinggal di taman-taman syurga.

Jika anak arwah nak sedekahkan al-Fatihah dan bacaan Yasin kepada kedua ibu bapa mereka yg telah meninggal dunia di haruskan, jangan lupa berdoa supaya Allah SWT ampunkan dosa-dosa mereka dan sedekakan wang ringgit unt sedekah jariah niatkan unt mereka insya Allah akan sampai pahalanya.



Soalan no. 140. Assalamualikum, ustaz minta pencerahan ustaz rakan saya ada mempunyai satu kredit kad konvensional. Tujuan utama beliau gunakan kredit kad ialah untuk perniagaan di mana beliau mengunakan modal perniagaan dari pengeluaran tunai pada kad kredit tersebut. Di mana setiap pengeluaran tunai dikenakan caj pengurusan sebanyak 5%. Buat masa ini beliau belum pernah kena "penalty charges" sebab beliau bayar pada tempoh yang ditetapkan.

Persoalan saya adakah penggunaan kredit kad dibenarkan dalam islam? dan apakah hukumnya ke atas denda kelewatan bayar yang dikenakan pihak bank? Harap persoalan ini mendapat pencerahan ustaz. Sekian terima kasih.

- Pendakwah Khalifah.

Jawapan :


Waalakaaumussalam Pendakwah Khalifah : Kad Kredit yang mengenakan faedah lewat bayar telah difatwakan ulamak sebagai haram di sisi Syariat sekalipun pemegang kad berazam membayar dalam tempoh ditetapkan (untuk mengelak dikenakan penalti) kerana dua faktor; (1)

1. Pemegang telah menurunkan tandatangan ketika kontrak/akad untuk membayar denda lewat bayar itu jika berlaku kelewatan membayar darinya, itu merupakan persetujuan untuk bermuamalah secara riba dan dilarang oleh Syarak.

2. Pemegang telah meletakkan dirinya dalam kemungkinan melakukan riba, iaitu apabila benar-benar berlaku kelewatan bayar dalam waktu yang tetapkan.

Para ulamak dalam Persidangan Fiqh Islam Antarabangsa kali ke 12 di Riyadh (bulan Rejab 1421H, bersamaan September 2000) telah memutuskan hukum-hakam berkenaan kad kredit, antara yang diputuskan; tidak harus mengeluar atau mengguna kad kredit yang mengenakan faedah ribawi, sekalipun pemohon kad berhasrat membuat pembayaran pada tarikh yang dibenarkan (bagi mengelak dikenakan faedah tersebut).(2)

Wallahu a'lam.

Nota;

(1) Fatawa as-Syabakah al-Islamiyah ( no. 2834.)

(2) Dinaqal dari; Fatawa Dr. Hussam 'Affanah 12/69.

Monday, June 1, 2015

Tazkirah & Soal Jawab Agama Siri 26 ( Saf Dalam Solat, Hadiah Untuk Si Mati, Aqidah Anti Hudud, Qunut Nazilah Dan Cara Solat Ikut Nabi)

Soalan no. 126. Assalamualaiakaum minat ustaz berikan pencerahannya terhadap hadis berikut : "Luruskn saf kalian dan luruskan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah ,jangan biarkan celah-celah tersebut untuk syaitan.Barangsiapa yang menyambung saf,nescaya Allah akan menyambung (urusan)nya.Barangsiapa memutuskan saf,nescaya Allah akan memutus (urusan) nya.(Hadis Riwayat Abu Dhaub).

Mohon pencerahan apa,maksud ayat terakhir [menyambung urusannya dan memutuskan urusannya]

- Mdkhairul Saffa.

Jawapan : 

Waalakauamusslaam : Mdkhairul Saffa : Terdapat hadis lain yang menjelaskan betapa pentingnya luruskan saf : Di dalam hadis yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu'man bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

لَتُسَوُّنَّ سُفُوْفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ

"Benar-benar kalian luruskan saf-saf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan wajah-wajah kalian berselisih)." (HR. Al-Bukhari no.717 dan Muslim 436))

Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يُسَوِّي صُفُوْفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا القِدَاحَ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ أَنْ يُكَبِّرَ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ فَقَالَ: عِبَادَ اللهِ لَتُسَوُّنَّ سُفُوْفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ

"Bahwasanya Rasulullah biasa meluruskan saf-saf kami seakan-akan baginda sedang meluruskan anak panah sehingga apabila baginda melihat bahawasanya kami telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan saf (maka baginda pun memulai solatnya, pent). Kemudian pada suatu hari baginda keluar, lalu berdiri sampai hampir-hampir baginda bertakbir untuk solat, tiba-tiba baginda melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya, maka baginda pun bersabda, "Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan saf-saf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan memalingkan antar wajah-wajah kalian."

Lihatlah wahai saudaraku, kaum muslimin, sabda baginda yang mulia, yang mana baginda Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah Allah terangkan sifatnya kepada orang-orang beriman,

"Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan, kebaikan dan keselamatan) bagi kalian, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (Surah At-Taubah ayat 128)

Tidaklah baginda bersabda demikian kecuali kerana menginginkan kebaikan bagi ummatnya, kaum muslimin.

Tidak ada satu kebaikan pun yang akan mendekatkan ke syurga kecuali telah baginda tunjukkan kepada umatnya agar melakukannya dan tidak ada satu keburukan pun yang akan mengantarkan ke neraka kecuali telah baginda larang umatnya agar menjauhinya.

Di dalam hadis di atas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat menekankan agar meluruskan saf di dalam solat dengan sabdanya, "Benar-benar kalian luruskan saf-saf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan palingkan antara wajah-wajah kalian."

"Benar-benar kalian luruskan saf-saf kalian" 

Ulama berpendapat, bahawa yang dimaksudkan perselisihan di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, kerana hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih maka umat pun akan berpecah belah.

Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadis ini adalah perselisihan hati, dan inilah tafsiran yang paling sahih/benar, kerana terdapat dalam sebagian lafaz hadis, "atau sungguh Allah akan palingkan antar hati-hati kalian."

Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda baginda, "atau sungguh Allah akan palingkan antara wajah-wajah kalian", yakni cara pandang kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.

"Maksud menyambung urusan adalah di satukan hati-hati kita untuk meneruskan kehidupan berjemaah dan bersatu hati umat Islam meneruskan dakwah dan menegakkan Islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Soalan no. 127. Assalamualaikum ust,izin saya brtnye,mana lebih baik,saya buat kenduri tahlil,atau kos buat kenduri tu,saya sedekahkan pada kelas tahfiz,dn pahala nye untuk arwah2,mohon pencerahan dari ust.

- Ana Lulu.

Jawapan : 

Waalakaumussalam Ana Lulu : Puan kena utamakan perkara penting yang menjadi hak arwah suami untuk di selesaikan. 

1. hutang dengan manusia. 

2. hutang fidyah. 

3. upah haji jika arwah belum pernah mengerjakan haji 

4. nazar arwah jika ada. 

5. wasiat jika ada. 

Terserah pada puan nak melakukan kebaikan untuk arwah . Jika perkara asas telah di penuhi maka terserah pada puan untuk membantu arwah dengan doa dan bacaan al-Quran untuk di sedekahkan pada arwah - menurut jumhur ulama pahala bacaan al-Quran dan doa orang yang hidup sampai kepada simati dan juga sedekahkan wang ringgit niatkan untuk arwah. Pesan pada anak-anak puan untuk mendoakan ayah mereka yang telah meninggal dunia setiap hari supaya arwah di berikan ganjaran pahala dan bergembira duduk di taman-taman syurga.

Dalam Islam fidyah kita utamakan kampung atau mukim tempat kita tinggal, jika tak orang miskin di tempat kita tinggal maka boleh kita berikan ke kampung lain atau mukim lain.

Soalan no. 128. Assalamualaikum Saya mohon penjelasan drp Ustaz mengenai status aqidah hamba Allah yg telah dilaporkan mengeluarkan kata2 seperti berikut: "Saya sanggup meninggalkan Malaysia sekiranya hukum hudud dilaksanakan di Malaysia" Harap dapat pencerahan. Terima kasih

- Mustofa Yaacob :

Jawapan :

Waalakauamussalam Mustofa Yaacob setiap amalan seseorang bergantung kepada niat, dan jatuh hukum ke atas orang tersebut berdasarkan niatnya. Jika seseorang berkata , " "Saya sanggup meninggalkan Malaysia sekiranya hukum hudud dilaksanakan di Malaysia" dalam niat hatinya dia benci terhadap hukum-hukum Allah SWT dan dia merasakan hukum hudud zalim maka tak syak lagi jatuh murtad. Wajib bertaubat dan mengucap semula dua kalimah syahadah.

Jika seseorang jatuh murtad maka segala amal ibadah dan kebaikannya terhapus. Itu sebab dalam negara islam jika ada orang islam yang murtad hukum keatasnya adalah hukum hudud di bunuh setelah di minta bertaubat dan mengucap semula dua kalima syahadah.

Perkara-perkara Yang Boleh Menyebabkan Murtad ada tiga iaitu melalui :

Pertama : Perkataan.

Kedua : Perbuatan

Ketiga : Niat.

Huraiannya :

Pertama : Perkataan

Sebarang perkataan yang jelas boleh membawa kepada kufur adalah dihukum kufur (riddah) orang yang mengucapkannya. Firman Allah SWT yang bermaksud : "Patutkah nama Allah dan ayatNya serta Rasul Nya kamu memperolok-olok dan mengejeknya? Janganlah kamu berdalih (dengan alas an-alasan yang dusta), (kerana) sesungguhnya kamu telah kufur sesudah kamu (melahirkan) iman.."
(Surah at-Taubah ayat 65-66)

Di antara contoh-contoh perkataan yang membawa kepada kufur adalah seperti berikut :

1. Engkar sesuatu yang diketahui daripada agama (Islam) secara jelas seperti mengengkari keesaan Allah, kewujudan Malaikat, Kenabian Nabi Muhammad S.A.W dan seumpamanya.

2. Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT .

3. Mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT.

4. Mencela Nabi Muhammad SAW atau Nabi-nabi lain atau mengejek mereka. Dan menolak hadis-hadis sahih sebagai sumber hukum.

5. Mencela agama Islam, menghina al-Quran dan as-Sunnah dan tidak beramal dengan keduanya.

6. Mendakwa wahyu turun kepadanya.

7. Merendah-rendahkan nama Allah dan perintah Nya.

Kedua : Perbuatan

Di antara perbuatan yang boleh membawa kepada murtad (riddah) ialah :

1. Mencampakkan Mashaf al-Quran atau Kitab Hadis Rasulullah SAW ke tempat-tempat kotor dengan tujuan menghina.

2. Sujud kepada makhluk seperti berhala, matahari, bulan dan sebagainya.

3. Tidak mengamalkan hukum-hukum al-Quran dan as-Sunnah kerana menggangapnya tidak sesuai dengan zaman sekarang dan yakin bahawa undang-undang ciptaan manusia lebih utama dan mulia daripada undang-undang ciptaan Allah SWT.

Ketiga : Niat

Contohnya ialah seperti berazam untuk kafir pada hari esok atau teragak-agak untuk melakukannya. Niat seperti itu menyebabkan orang itu kufur ketika itu juga.

Syarat-syarat Sah Seseorang Dikira Murtad

Para Ulama bersepakat meletakkan dua syarat bagi mengesahkan seseorang Islam dikira murtad.

1. Berakal tidak sah murtad orang gila dan kanak-kanak.

2. Pilihan sendiri atau sukarela. Tidak sah murtad orang yang dipaksa sedangkan hatinya masih beriman.

Berkata Syed Sabiq : "Seseorang Islam tidak dikira hukum murtad (riddah) kecuali apabila telah lapang dadanya dengan kufur dan tenang hati dengannya dan masuk ke dalamnya (kufur) dengan sebenarnya".

Berdasarkan Firman Allah SWT dalam surah an-Nahl ayat 106 maksudnya : "Akan tetapi (yang dikira kafir) seseorang yang lapang dadanya dengan kufur."

Daripada Amirul Mukminin Abu Hafsin 'Umar ibn al-Katthab r.a. beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Bahawa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahawa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan." (Hadis Riwayat Muslim)

Soalan no. 129 .Assalamualaikum ustaz...mohon pencerahan tentang qunut nazilah...boleh tak dibaca pada semua solat fardhu?

- Mariatul Akma,

Jawapan :

Waalakauamusslaam Mariatul Akma : Doa qunut nazilah di baca oleh Nabi SAW selama sebulan kerana terdapat 60 orang para sahabat yang di bunuh. oleh satu kaum yang zalim.

Bacaan Qunut merujuk kepada doa yang dibaca di dalam solat pada tempat yang khusus sewaktu berdiri.

Qunut nazilah merupakan salah satu daripada tiga jenis qunut yang sunat dibaca dalam solat mengikut mazhab syafie selain qunut dalam solat subuh dan qunut pada separuh malam kedua terakhir dalam solat witir di bulan Ramadhan.

Qunut nazilah sunat dibacakan ketika umat Islam didatangi bala bencana atau ditimpa musibah seperti ketakutan, ditimpa wabak, diserang belalang dan sebagainya. Qunut ini tidak dibacakan jika umat Islam tidak didatangi
dengan cubaan-cubaan seperti ini.

Bacaan Qunut Nazilah di zaman Rasulullah Sallallahu`Alaihi Wasallam

Qunut ini pernah dibacakan oleh Rasulullah SAW ketika kejadian pembunuhan beramai-ramai 60 orang penghafaz al-Quran selama sebulan berdasarkan hadis berikut:

Maksudnya: Sesungguhnya Nabi Sallallahu`Alaihi Wasallam telah membaca doa qunut pada waktu selain dari subuh ketika turunnya sewaktu pembunuhan sahabat-sahabatnya penghafaz-penghafaz al-Quran. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Tatacara Bacaan Qunut Nazilah

1. Qunut ini boleh dibacakan pada tiap-tiap sembahyang fardhu jika kedatangan bala.

Maksudnya: Dari Abi Hurairah radhiyallahu `anhu beliau berkata : "Demi Allah, sesungguhnya aku akan mendekatkan kamu cara solat Rasulullah S.A.W. Maka Abu Hurairah melakukan qunut pada solat Zuhur, Isya' dan Subuh. Beliau mendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat ke atas orang-orang kafir".

Maksudnya: Abu Hurairah radhiyallahu `anhu meriwayatkan bahawa sesungguhnya Nabi S.A.W tidak membaca qunut melainkan apabila beliau berdoa untuk kebaikan seseorang atau mendoakan kehancuran seseorang. Apabila baginda berkata: "sami'allahu liman hamidah" Baginda berkata “Rabbana lakalhamd dan Baginda S.A.W membaca doa”.

2. Qunut ini dibacakan pada waktu iktidal selepas rukuk pada rakaat terakhir.

Diceritakan kepada kami Asim berkata, aku bertanya pada Anas bin Malik tentang qunut, lalu dia berkata sememangnya qunut itu ada. Aku berkata samada sebelum rukuk atau selepasnya, Anas berkata selepas rukuk. 

Aku berkata lagi, sesungguhnya seseorang telah mengkhabarkan kepadaku bahawa engkau memberitahunya selepas rukuk. Anas berkata dia berdusta, sesungguhnya Rasulullah S.A.W membaca qunut selepas rukuk selama sebulan dan diperlihatkannya ketika mengutus satu kaum yang dikatakan mereka itu baik bacaannya seramai 70 orang kepada kaum mushrikin yang telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah S.A.W (mengikut riwayat hadis yang lain, 70 orang al-qura’ yang diutuskan oleh Rasulullah tersebut telah dibunuh). Lalu baginda berqunut selama sebulan mendoakan kecelakaan ke atas mereka.

Allah S.W.T. telah berfirman maksudnya :
" Allah tidak suka seseorang mengatakan sesuatu yang buruk kepada seseorang dengan terang-terangan melainkan orang yang dizalimi maka dia boleh menceritakan kezaliman tersebut ; dan Allah itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (Surah an-Nisa ayat 148)

Ibnu Abbas r.a telah mentafsirkan ayat ini: " Allah tidak suka seseorang mendokan keburukan kepada seseorang yang lain kecuali orang yang dizalimi. Sesungguhnya Allah telah memberikan kebenaran kepadanya untuk mendoakan keburukan kepada orang yang dizalimi. "

Dalam hadis yang lain dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya : " Tiga doa yang diperkenankan: Doa orang puasa, doa orang yang dizalimi dan doa orang yang musafir." (Hadis riwayat Baihaqi - sahih)

Dalil pengharusan. Ini jelas melalui ayat al-Quran 148 surah an-Nisa mengikut tafsiran Ibnu Abbas seperti yg telah dinyatakan sebelum ini. Adapun hadis Rasulullah S.A.W. adalah hadis berikut:

" Sesungguhnya Nabi S.A.W. mendoakan kecelakaan kepada orang-orang yang membunuh penghafaz-penghafaz al-Quran r.a dan sentiasa mendoakan kecelakaan kepada mereka selama sebulan. Baginda berdoa : Ya Allah laknatilah Ri'l, zakwan dan 'usayyah (nama-nama kabilah)." (Hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim)

Soalan no. 130.Assalamualaikum ..Semoga semua baik dan bahagia salam sejahtera
ustaz dimana mungkin banyak perbezaan pendapat tentang tata cara solat misalkan di Indunesia,ada Muhamadiyah Alwashaliya Salafiah,  Jamaah Tabligh dan lain-lain  semua pengajian ini sudah pernah saya ikuti
yang ingin saya pertanyakan disemua pengajian yang saya sebut kan semua ny berbeda ketika mengangkat takbir dan meletakan tangan
contoh salafiah meletakan kedua tangan nya di atas dada
muhamadiyah dibawah dada sebelah kiri,alwashliyah normal pada umum ny sama seperti jamaah tabligh,,,

Kalau menurut ustaz yang sebagaimana di anjuran oleh Rasulullah kita apakah dibawah dada atau di atas dada,kerana terkadang ini jadi polemik atau debat dan jadi persoalan di antara satu sama lain ustaz
sebelum nya saya ucapkan terima kasih untuk semua nya. Wasallamualaikum.

-Rama.

Jawapan :

Waalakauamussalam Rama terdapat beberapa perbezaan cara solat Nabi SAW adalah kerana terdapat hadis-hadis yang berbeza di riwayatkan oleh para sahabat. Ini menunjukkan bahawa baginda SAW ada melakukan cara-cara yang berbeza di tempat yang berbeza. Oleh itu kita berlapang dada jika ada ulama mazhab lain yang solat berbeza sedikit daripada cara yang biasa kita amalkan.

Berdiri untuk solat 

Berdiri dengan lurus, kedua belah kaki sama tegak, mengarah kiblat dengan menundukkan pandangan memandang ke tempat sujud dan mengarahkan hujung-hujung jari kaki ke kiblat dengan merenggangkan antara dua kaki(jangan sangat dirapatkan dan jangan sangat dijauhkan.

Takbiratul ihram

Takbiratul ihram ialah mengangkat tangan dan meletakkan tangan dalam solat.

Apabila hendak bertakbiratul ihram, angkatlah kedua belah tangan ke daun telinga sejajar dengan bahu dengan mengarahkan anak-anak kedua tangan ke kiblat serta mengembangkannya. Sesudah itu ucapkanlah takbiratul ihram: Allaahu Akbar”Allah adalah terbesar dari segala yang Besar”.

Setelah selesai ucapan takbir, turunkan tangan dengan perlahan-lahan dan letakkan di antara dada dan pusat dengan menggenggamkan pergelangan tangan kiri dengan kelingking, jari manis, jari tengah dan ibu jari tangan kanan, serta mengulurkan telunjuk tangan kanan atas tangan kiri itu.

Cara mengangkat tangan ini ada tiga:

1. Mengangkatnya beserta permulaan takbir.

2. Mengangkatnya dengan tidak bertakbir. Sesudah kedua-dua tangan tetap, barulah bertakbir. Sesudah selesai bertakbir barulah tangan diturunkan.

3. Mengangkat tangan beserta permulaan takbir dan selesai mengangkat tangan beserta selesai takbir. Sesudah selesai takbir, barulah tangan diturunkan.

Dari Ibnu Umar r.a. katanya: “Adalah Rasulullah SAW apabila telah berdiri untuk bersolat, beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian baru bertakbir.” [Hadis Shahih Riwayat Muslim]

Rasulullah SAW apabila berdiri untuk solat, baginda mengucapkan Allahu Akbar, beliau tidak mengucapkan apa-apa sebelumnya dan tidak pula melafalkan niat.

Doa Iftitah dalam solat.

Rasulullah SAW .setelah takbiratul ihram, berdiam agak lama tidak terus membaca Al-Fatihah. Di dalam diam itu baginda membaca iftitah.

Takbir Iftitah .

Allahu Akbar. Kabiiraw wal hamdu lillaahi ka-tsiiraw wa subhaanallaahi buk-rataw wa a-shiilaa.

Maksudnya, “Allah adalah yang paling besar dari segala yang besar, sedang Dia Tuhan yang senantisa besar, segala puji hanya kepunyaan Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah (aku akui kesucian) pada tiap-tiap pagi dan petang.”

[Hadis Sahiah Riwayat Muslim dari Ibnu Umar]

Doa tawajjuh

Wajjahtu waj-hiya lillazii fa-tharas samaawaati wal ar-dha haniifam muslimaw wamaa ana minal musy-rikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bi-dzaalika umirtu wa ana minal mus-limiin"

Maksudnya, “Saya hadapkan diriku kepada Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi, hal keadaanku seorang yang condong benar kepada kebenaran lagi seorang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh, dan sekali-kali aku bukan orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah .Bahwasanya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah , Tuhan yang memelihara alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, demikianlah aku diperintahkan Allah, dan adalah aku salah seorang dari orang-orang, yang mula-mula menyerahkan diri. "

[HR Ahmad, Muslim, Ar-Tirmidzi, Abu Daud dari Abu Hurairah ra. dari Nabi s.a.w. (dalam satu lafal: wa ana awwalul muslimin= “dan akulah orang yang mula-mula menyerahkan diri kepada Allah“]

Ta’awwudz dalam solat

A’uu-dzu billaahis samii’il ‘aliim minasy syai-thaanir rajiim.

Maksudnya, “Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang kena rejam”

Membaca basmalah dalam solat.

Bismillaahir rahmaanir rahiim.

Maksudnya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihi”

Membaca Al-Fatihah dalam solat.

Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maaliki yaumiddin. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin. Ihdinash shiraa-thal mustaqiim.. Shiraa-thal la-dziina an’amta ‘alaihim ghairil magh-dhuubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin.

“Segala puji hanya kepunyaan Allah, Tuhan yang memelihara segala alam. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang mempunyai hari pembalasan. Engkaulah yang kami sembah dan kepada Engkaulah kami meohon pertolongan. Ya Allah, tunjuki kami pada jalan yang lurus. Iaitu jalan segala mereka yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang-orang yang dibenci dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”

Berta’min dalam solat

Abu Hurairah ra. menerangkan: “bahawasanya Rasulullah SAW. bersabda : “Apabila imam membaca amin, hendaklah kamu membacanya, kerana seseorang yang bersamaan aminnya dengan amin malaikat, diampunilah dosanya yang telah lalu.” [HR Al-Jamaah]

Panjangkan bacaan aamiin.

[HR Ahmad, Abu Daud, dan At-Tirmidzi]

Rama : Dalam Islam terdapat perbezaan pendapat yang di kemukakan oleh para ulama dalam masalaah khilafiah. Tidak perlu berpecah belah dan tuduh menuduh di antara satu dengan yang lain. Jika satu-satu pendapat ada nas yang sahih daripada Rasulullah SAW maka bolehlah di amalkan tanpa ragu-ragu.